Bel istirahat menggema nyaring di luar sana, membuat semua jiwa liar yang kelaparan langsung keluar dan saling bertabrakan demi sampai di kantin lebih dulu.
Termasuk Agis. Cewek itu sudah mengambil tempat duduk, dan buru-buru memborong hampir semua jajanan yang ada.
Maklum. Holang kayahh.
Namun tunggu. Sepertinya ada sesuatu yang kurang. Tapi apa? Makanan sudah, minuman sudah, cogan tersedia. Apa lagi?
Agis menghela napasnya kasar setelah menyadari Thalea tak ada di sampingnya. Lain halnya dengan Ellen yang absen masuk hari ini dengan dalih di-ghosting, Thalea masuk seperti biasanya.
Hanya saja cewek itu memang tidak banyak bicara. Langsung saja Agis menaruh semua makanan yang dibelinya, dan berjalan menuju kelas jaga-jaga kalau Thalea ketiduran lagi seperti waktu itu.
Dan benar saja. Dilihatnya sosok Thalea Aqeela yang biasanya bertingkah seperti iblis, kini tengah melamun sendirian.
Kalau di novel horor, pasti Thalea ini disangka sedang kesurupan.
Agis berdecak. Ada apa dengan kedua sahabatnya hari ini? Yang satu tidak sekolah gara cowok, dan satu lagi tiba-tiba jadi pendiam? Apakah gara-gara cowok juga?
Tidak sanggup diri ini.
"Lo gak ke kantin?"
Pertanyaan yang terlontar dari mulut Agis itu membuat Thalea tersadar, dan menatap Agis datar lalu kembali menunduk.
"Lagi males."
Agis membuang napas panjang mendengarnya. Ia berjalan lalu duduk di bangku depan Thalea dengan menghadap sahabatnya itu.
"Heh, kalo mau cerita masalah lo, cepetan. Gue laper ini. Mana makanan gue tinggal di kantin, lagi," kata Agis.
Thalea mendongkak untuk melihat mata Agis dengan sendu, lalu kembali menunduk seraya mendengus pelan.
"Gue capek, Gis."
Ya. Thalea tidak bohong. Ia betul-betul lelah dengan semua drama ini. Mungkin terdengar konyol karena penyebab semua kegalauan-nya ini adalah seorang cowok, Gelvan Ardhian.
Tapi, ya. Gelvan memang membuat hidupnya semakin rumit. Ingin sekali Thalea membentak, dan mencaci bahkan menggantung cowok itu sekarang juga. Namun semua itu tidak ada gunanya. Lagi pula....
Thalea tak ingin melihat wajahnya lagi. Ia sudah terlanjur muak.
"Gue kehabisan kata-kata bijak saking banyaknya masalah lo...."
"...Tapi, Thal. Jangan pernah ngerasa sendiri. Lo punya Tuhan. Lo punya orang terdekat yang bisa nemenin lo. Gak usah sedih-sedih, oke?" Agis melanjutkan dengan ucapan bijak lainnya.
Baru saja Agis hendak melanjutkan 'puisi'-nya, tiba-tiba pintu kelas mereka terbuka agak kencang dan menampakkan seorang cewek yang berjalan ke arah mereka.
Agis menoleh. Ia memutar bola matanya malas saat sadar bahwa itu adalah si rempong biang masalah.
Aura.
"Kalo mau marah-marah gak jelas sambil masalahin si Gelvan, mending cabut. Gak ada gunanya," cibir Agis tajam.
Aura yang berdiri dengan angkuhnya menjawab, "Sekarang kedatangan gue bukan mau ribut. Gue cuma mau bilang, ya... gue sadar kelakukan gue selama ini childish banget. Ngingetnya aja gue malu sendiri."
"Ya, ya. Si Thalea maafin lo. Cepet cabut sana. Ilang selera makan gue lama-lama," tukas Agis tak tahan.
Dari nada bicaranya, Agis sudah tahu cewek ini meminta maaf. Hanya saja si ratu gengsi ini tak mau mengungkapkannya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...