(Thalea on Mulmed)
Buat chap ini bocil minggir dlu yaa
-
Please, gue dibunuhnya nanti aja. Gue belum siap mati.
Thalea berucap dalam hatinya. Ia jadi bingung. Thalea tidak memakai perhiasan yang mengundang perhatian. Bahkan di dalam tas kecilnya saat ini, hanya ada sisa uang kembalian naik angkot untuk ke sini tadi.
Dan tubuhnya tidak semulus dan se-seksi itu untuk dilecehkan. Lantas, apa yang penculik ini incar?
"Jangan berisik."
Tunggu. Thalea kenal suara ini. Ini suara....
Benar saja. Begitu membuka mata, dilihatnya Gelvan sedang terduduk di hadapannya dengan ekspresi garang.
Kalau penculiknya seperti ini, sih, jangankan dibekap atau disandera. Dibobol pun Thalea dengan senang hati menerimanya.
Eh gak boleh ya, bestie.
Cowok itu menunjuk ke arah dalam gerbang rumah Rifan, tepatnya pada seekor anjing yang terlihat mengerikan sedang tertidur pulas.
Jadi Gelvan menyeretnya masuk ke dalam mobil karena takut ia diserang anjing galak? Oh, manis sekali.
Tunggu. Tidak. Memangnya tidak ada cara yang lebih lembut selain membekap? Dan lagi, mengapa bisa Gelvan tahu ia di sini?
"Gue baru tau Rifan jual makanan di rumahnya."
Sialan. Terbongkar juga kedok Thalea. Karena saat pergi tadi, Thalea beralasan pada Gelvan akan keluar untuk sekadar mencari camilan.
Namun dasar si bodoh Thalea, ia tidak sadar bahwa Gelvan curiga dan mengikutinya sampai sini. Thalea memang tidak berbakat dalam berakting.
"Fine. Gue ke sini... buat nanyain tugas ke si Rifan," ujar Thalea masih enggan untuk jujur.
Ia takut, Gelvan akan marah padanya karena telah berbohong. Juga, Thalea tidak mau Gelvan menganggapnya terlalu ikut campur dalam urusan yang sebetulnya tidak ada kaitan dengan dirinya.
"Gak bisa nanya tugasnya lewat chat? Telepon, mungkin?" tanya Gelvan mengintimidasi.
"GAK BISA! GUE HARUS NANYA INI SECARA LANGSUNG, OKE?!!"
Gelvan sedikit terkejut mendengarnya. Sebetulnya Thalea pun tak ingin bentak-bentak seperti itu. Hanya saja ia benci merasa diintimidasi. Situasi ini membuatnya sesak.
"Oke. Maaf gue terlalu banyak nanya." Gelvan mengalihkan pandangannya pada setir mobilnya.
Gelvan tidak bodoh. Ia tahu Thalea menyembunyikan sesuatu. Alasan Thalea yang memang ngawur itu terdengar tidak masuk akal baginya.
Menatap raut wajah Gelvan yang seperti itu membuat Thalea mati kutu. Ia benci kala melihat wajah Gelvan yang sama sekali tidak ada rona di pipinya.
Murung. Thalea benci ekspresi Gelvan yang seperti itu.
Thalea merasa tidak enak karena sudah berteriak tadi. Emosinya memang mudah meluap-luap. Tapi apakah tidak bisa mengontrolnya sedikit? Itulah yang Thalea ucapkan pada dirinya sendiri saat ini.
Setelahnya, Thalea memberikan secarik kertas yang merupakan dokumen pribadi milik Zefan yang ia temukan waktu itu.
Gelvan memegang dokumen itu dengan raut wajah yang kini terlihat bingung. Cowok itu memang sudah tahu bahwa Zefan dan Rifan kembar. Tapi yang membuatnya bingung....
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...