74

256 21 0
                                    

(Damar on Mulmed)

-

Di tengah-tengah ritual tidurnya yang seperti babi, Thalea menggeliat sembari menguap karena sinar matahari mulai menyelundup masuk lewat jendela.

Hendak melanjutkan ke alam mimpinya seperti yang biasa Thalea lakukan setelah menguap, justru cewek itu dikagetkan dengan sosok cowok yang tampannya khan maen sedang terlelap sambil menghadap dirinya.

Thalea baru saja hendak berteriak saking kagetnya. Untung saja cewek itu sempat menutup mulutnya sendiri.

Tunggu. Yang di depannya ini... Gelvan? Tapi mengapa cowok itu ada di ranjang bersamanya? Bukankah semalam Gelvan tidur di sofa? Apa mungkin ini mimpi?

Atau jangan-jangan ia dan Gelvan sudah....

Dengan terburu-buru, Thalea menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya untuk memeriksa apakah ia masih memakai baju atau tidak.

Bukannya bersyukur, Thalea malah mendengus kasar saat menyadari ia masih memakai pakaian lengkap.

Padahal gue pengin banget 'begitu' sama dia, batin Thalea berucap dengan bodohnya.

Bukannya beranjak dan membangunkan Gelvan untuk pergi sekolah, Thalea malah kembali memakai selimutnya dan menatap Gelvan yang masih sibuk dengan mimpinya.

Dalam lamunannya menatap sang pacar, Thalea tidak sadar senyumnya menyungging begitu saja. Pipinya yang semula terasa biasa saja, kini mulai terasa hangat.

Bangun tidur langsung disuguhi pemandangan seperti ini. Nikmat mana yang kau dustakan, sahabat?

"Ganteng banget, sih, cowok gue," gumam Thalea yang tidak habis thinking dengan paras Gelvan yang selalu membuat pikirannya kotor.

Pandangan Thalea kini beralih pada bibir cowok itu. Sial. Lagi-lagi benda yang kini berwarna peach pekat itu menyita perhatiannya.

Jika sudah begini, sulit untuk Thalea menahan diri. Kalau biasanya Thalea tahan karena Gelvan mungkin akan terkejut dan marah, namun kali ini cowok itu sedang dalam keadaan tidak sadar.

Satu kecupan tak ada salahnya, kan?

Setelah memantapkan dirinya untuk mengecup bibir menawan milik Gelvan, Thalea mulai mendekatkan wajahnya hingga jarak wajah mereka benar-benar dekat.

Satu langkah lagi menuju kesuksesan, entah mengapa tiba-tiba saja mata Gelvan mulai terbuka perlahan.

Gelvan yang terkejut dengan wajah Thalea yang dekat sekali dengan bibirnya, sontak mendorong kecil tubuh cewek itu dan refleks menutupi bibirnya sendiri menggunakan tangannya.

Dan Thalea? Hah... Jangan khawatir soal keadaannya sekarang yang selain sedih setengah mati karena tak jadi mendapat bibir ranum Gelvan, juga malu berat akibat ketahuan hendak melecehkan cowok itu.

Gelvan mulai menatap sekelilingnya. Bagaimana bisa ia berada di sini? Apa yang terjadi semalam?

Waktu menunjukkan pukul tengah malam. Gelvan yang semula tengah menonton televisi pun tiba-tiba tertidur begitu saja dengan keadaan televisi yang masih menyala.

Merasa posisi tidurnya tidak enak, Gelvan terbangun, mematikan televisi dan hendak melanjutkan tidurnya dengan posisi yang lebih nyaman.

Namun matanya membulat seketika kala mendengar suara isak tangis seorang wanita tidak jauh dari tempat sekarang.

Dengan wajah yang sedikit panik, Gelvan beranjak dan menuju ke sumber suara. Sebetulnya bisa saja ia diam saja dan mengabaikan suara-suara itu, namun sudah dapat dipastikan seratus persen Gelvan tidak akan pernah bisa tertidur.

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang