49

370 32 0
                                    

Sinar matahari yang seakan membakar tubuh siang ini tak membuat Thalea berhenti menggiring bola agar tepat masuk ke gawang.

Ya. Jam pelajaran bagi kelas Thalea hari ini adalah pelajaran olahraga. Namun Pak James alias Pak Jamal yang seharusnya mengajar hari ini tidak bisa hadir karena putus cinta.

Tapi beliau menugaskan Rifan——teman sekelas Thalea yang sangat usil——untuk menggantikannya. Termasuk mengawasi permainan sepak bola putri yang tengah berlangsung ini.

"THAL! AYO, DONG! JANGAN LELET!!" teriak Rifan.

Akibatnya Thalea sedikit kehilangan fokusnya, namu kembali berkonsentrasi pada bola yang sedang ia giring.

"BUKAN GITU!! LO SALAH! LO MAU BIARIN LAWAN LO MENANG, APA?!" jerit cowok itu.

Begitulah Rifan. Ia sangat suka menggoda Thalea agar marah. Namun semenjak Thalea pindah ke SMA Trisakti ini, Rifan selalu gagal membuatnya marah besar.

"BUKAN GITU! CARA LO GIRING BOLA AJA SALAH!! LO–"

"BERISIK LO ANJING! GUE BAKAL BUNUH LO KALO LO NGOMONG LAGI!!" balas Agis frustrasi.

Namun semua teriakan yang terdengarnya, membuat Thalea kehilangan fokus, dan terjatuh dengan sangat kencang.

Sontak permainan pun dihentikan. Agis dan Ellen langsung berlari ke arah Thalea yang tampak tertatih-tatih.

"Loh? Kok malah berhenti? Lanjut!" seru Rifan tanpa rasa Iba.

Ellen mendelik tajam, "Tutup mulut lo, sialan. Gak liat si Thalea jatoh, hah?!!"

Agis berusaha memapah Thalea agar berdiri. Cewek itu terkaget saat melihat darah keluar dari sikut Thalea. Tak terlalu banyak memang, namun terlihat parah.

"Astaga! Ikut gue ke UKS, Thal!" panik Agis.

Rifan tertawa, "Udah gue bilangin cara giring bola lo salah. Jadi jatoh, kan?"

"Tolol! Dia jatoh gara-gara elo, mulut banci!" sentak Ellen.

"Udah... Gue gak apa-apa," ucap Thalea yang memang terlihat baik-baik saja.

"Gue gampar kalo lo masih bilang gak apa-apa. Luka lo itu harus diobatin tau!" tukas Agis sambil memapah Thalea pergi dengan diikuti Ellen.

"Eh! Kalian berdua mau ke mana?! Lanjutin permainan tadi!" tanya Rifan pada Agis dan Ellen.

"Kalo kalian pergi juga gue bilangin Pak James, ya!" Rifan berteriak-teriak sendiri.

"Gue pengen banget gantung cowok itu. Kesel banget astaga," geram Ellen.

"Bodo, ah! Siapa yang peduli nilai kalo si Thalea lebih penting? Yuk." Agis hendak kembali berjalan namun tangannya dicekal oleh Thalea.

"Gaya-gayaan lo. Nilai lo sama otak semut aja gedean otak semut. Sana balik main lagi. Gue gak apa-apa," jelas Thalea.

"Seriusan?" tanya Agis dan Ellen berbarengan.

Thalea terkekeh, "Gue cuma jatoh. Bukan tabrak lari. Sana!"

"Oke, deh. Hati-hati ke UKS-nya!" teriak Agis dengan berjalan bersama Ellen menuju kembali ke lapangan.

"Hah... Sial. Gimana caranya gue bikin si Thalea marah? Kalian tau?" tanya Rifan menatap Agis dan Ellen yang baru saja berada di hadapannya.

Bukannya menjawab, Ellen malah menendang milik Rifan menggunakan kakinya dengan keras.

"Gak usah repot-repot. Lo berhasil bikin kami murka," bisik Agis dengan tatapan iblisnya.

Sementara di UKS, Thalea sedang mencari-cari kotak P3K yang ternyata tersimpan di rak yang tinggi.

Dengan terpaksa ia harus menggunakan kursi untuk mengambilnya. Begitu kotaknya terambil, Thalea malah jatuh terpeleset ke bawah karena tidak berdiri dengan benar.

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang