83

208 12 0
                                    

(Gelvan on Mulmed)

-

"Kalian mau apa?"

Dari nada bicaranya, Mark tidak terdengar seperti orang yang sedang diikat di kursi dan di tengah-tengah kegelapan malam yang menyelimuti mereka.

Ya, 'mereka'. Karena Mark diikat di gudang yang gelap ini gara-gara Gelvan dan Thalea yang tiba-tiba menghampiri Mark setelah tahu cowok itu sedang ada di mana.

Ralat. Mark diikat hanya gara-gara Thalea. Tanpa empati, cewek itu meninju wajah Mark habis-habisan dan mengikatnya.

Sebetulnya, Gelvan ingin sekali menghentikan langkah yang diambil Thalea ini. Jujur, risikonya banyak sekali.

Mulai dari nama Thalea yang akan tercoreng jika publik tahu cewek itu menganiaya si tukang playing victim alias Mark, tidak terungkapnya kasus ini dan hanya menyisakan rasa lelah karena usaha yang sia-sia.

Belum lagi jika Gelvan dan Thalea tidak beraksi semulus mungkin, bisa jadi peperangan antara Griffin dan lawannya yang sudah bubar, Scorpion akan kembali terjadi.

Gelvan tidak menginginkan hal itu. Tapi apa boleh buat. Ia sudah janji untuk menyelesaikan ini bersama Thalea dengan hati-hati. Gelvan berusaha percaya pada Thalea.

Gelvan tak akan menyesal karena memercayainya, bukan?

"Zefan. Kami mau tau tentang dia," singkat Gelvan dingin, tak ingin berbasa-basi.

"Zefan? Siapa dia?"

Thalea tertawa sinis, "Kalo gini terus, lo akan bikin keadaan lebih sulit."

Bodoh. Mark pikir ia bisa membodohi sepasang kekasih ini? Tentu saja Gelvan dan Thalea tahu Mark mengenal Zefan.

Mark... kau hanya buang-buang waktu.

Mark mendengus. Jika boleh berterus terang, Thalea terlihat seribu kali lebih mempesona saat berekspresi seperti pencabut nyawa ini.

Walaupun memang Mark ketakutan dengan nada bicara Thalea yang sinis dan raut wajah mengerikan cewek itu, tetapi ia cantik juga.

"Lo dateng, dan tiba-tiba pergi dari gue. Lalu waktu ketemu, ini yang terjadi? Lo jahat, Thal. Lo bikin gue sakit hati."

Tidak. Bukan menangis, atau setidaknya menunjukkan penyesalan dalam ekspresinya. Mark malah tersenyum sambil tertawa renyah dengan menggigit lidahnya.

Benar-benar wajah yang menyebalkan.

Bugh!

"Pasang wajah gitu lagi, ancur muka lo."

Mark terdiam sejenak saat menerima pukulan cukup keras dari Thalea barusan. Belum lagi ucapan yang membuat merinding dari cewek itu.

"Kalo gak mau ini jadi malam yang panjang buat lo, jawab pertanyaan kami dan lo bisa pergi," kata Gelvan.

Mark mengangguk, "Oke. Apa yang mau kalian tau?"

"Aktivitasnya Zefan saat hari dia meninggal. Zefan di mana, sama siapa, lagi ngapain... Mungkin lo tau sesuatu," ucap Thalea.

"Untungnya masih 'mungkin'. Karena gak tau apa-apa Zefan lagi ngapain waktu hari dia meninggal," jawab Mark.

Gelvan mengernyit, "Zefan itu anggota yang loyal, dan setia sama temen-temennya. Rasanya gak mungkin lo gak tau soal hari kematian sahabat baik lo ini."

"Hahahahhahh... Mungkin perasaan lo ada benernya. Gak mungkin gue gak tau apa-apa soal dia...."

"...Iya, kan?" Mark melirik Thalea.

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang