"THALEA!"
Terdengar suara Linda memanggil namanya dari lantai bawah.
"KENAPA, TAN?"
Bukannya menghampiri, cewek kurang berakhlak itu malah menjawab dari kamarnya sambil masih melakukan aktivitasnya. Rebahan.
"TURUN! MAKAN MALEM DULU!"
"IYAAAA! LIMA MENIT!"
Linda mendengus. Wanita itu harus memutar otaknya agar keponakan tercintanya ini mau turun.
Lalu Linda memiringkan senyumannya begitu mendapat ide bagus lewat di kepalanya.
"Thalea! Turun! Tante dapet duit banyak!"
Begitu mendengarnya, Thalea terbelalak dan langsung turun ke bawah dengan tergopoh-gopoh.
"Mana duitnya, Tan?" tanya Thalea tidak sabaran.
"Duit? Ada. Di bank."
"Dih. Tante boong? Sungguh teganya, teganya, teganya!"
"Kalo gak gitu, sampe Spongebob lulus sekolah kapal pun kamu gak akan turun. Udah, makan."
Sadar dirinya dipermainkan, Thalea memasang raut wajah datar lalu duduk di meja makan sederhana bersama Tante dan Om-nya itu.
"Nah, berhubung kamu sekarang di sini, sekarang Tante mau minta penjelasan kamu," ucap Linda tiba-tiba.
Thalea menaikkan sebelah alisnya, "Jelasin apaan maksudnya?"
"Ya, soal sikap gak bisa diem kamu hari ini," balas Linda.
"Emang aku gak bisa diem gitu? Masa? Ah bohong, kali. Masa, sih? Iya, gitu? Beneran?"
Linda geleng-geleng, seraya menatap Thalea dengan tatapan, "Ini anak kalo dijual, laku berapa, ya?"
"Astaga... Tinggal jawab aja kayak nyari jodoh. Susah amat. Kamu kenapa hari ini gak bisa diem banget kayak lagi kremian?"
"Ihhhh... Gatel-gatel, dong?" Thalea sedikit cengengesan.
"Lea... Tante serius." Linda mengubah menjadi lebih tegang, kayak sesuatu.
"Iya-iya. Kalo ditanya kenapa berubah, ya aku gak ngerasa berubah, Tante dan Om-ku tercyintahhh. Aku, kan, emang begini."
"Masa? Ah bohong, kali. Masa, sih? Iya, gitu? Beneran?" Linda meniru gaya berbicara Thalea tadi.
Dan keponakannya itu menatap Linda dengan tatapan, "Ini Tante kalo digade, laku berapa, ya?"
Melihat tingkah istri dan keponakan yang tidak ada habis-habisnya, Herman geleng-geleng kepala sambil menatap mereka berdua dengan tatapan, "Ini ponakan sama bini kalo disantet, dosa, gak, ya?"
(^-^)
Baru saja turun dari kamarnya dengan memakai seragam, Gelvan terpaksa harus menghampiri Candra karena memanggilnya.
Tak hanya sang Papa. Mamanya pun ikut hadir di samping suaminya itu.
"Kemarin malem kamu ke mana? Pulang jam berapa?" tanya Candra dingin, mengingat bahwa putranya itu keluar tanpa seizinnya untuk menjenguk Damar semalam.
"Iya, sayang. Kamu tau, kan, betapa khawatirnya Mama? Kamu gak aneh-aneh, kan?" tanya Siska lirih.
Entah mengapa, hal itu membuat Gelvan muak. Cowok itu sudah tidak tahan lagi. Daripada ia mengatakan hal yang akan ia sesali di kemudian hari, mending Gelvan pergi saja.
"Anak itu harus diajarin sopan santun," gumam Candra.
"Jaga emosi kamu. Jangan marah-marah terus. Kasian Gelvan, hampir tiap hari kamu giniin dia." Siska menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...