63

309 24 1
                                    

"ELLLEENNNNN!!!"

Sang pemilik nama yang merasa namanya dipanggil pun sontak terkaget saat mendengar suara teriakan beberapa siswi yang berlarian menuju ke arah dirinya yang sedang terduduk bersama Agis di kelas.

"Elen! Itu! Itu di luar!!"

Di luar? Memangnya ada apa di luar? Dan, kenapa dirinya terlibat? Semua pertanyaan-pertanyaan itu mencuat dalam kepala Ellen.

Saling menukar tatapnya, Ellen dan Agis lalu pergi ke luar kelasnya, melewati beberapa siswi yang berteriak-teriak tak karuan.

Holly Sh*t!

Agis sampai menutup mulut menggunakan tangannya sendiri saking tidak percaya apa yang dilihatnya.

Begitu juga dengan Ellen. Mata cewek itu membola kaget ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Daniel, mantan mas seksinya itu sedang memegang poster dengan bertuliskan,

Sorry, Ellen.

Ya. Kini masuk akal mengapa siswi-siswi tadi berteriak padanya.

"Jangan ngelamun aja, bego! Samperin cepet!" desak Agis sambil memukul pelan pundak Ellen.

Dan Ellen berdecak sebal. Ia lantas turun dari kelasnya yang berada di lantai dua, lalu menuju lapangan, tempat Daniel melancarkan aksinya.

Merasa gadis yang ia cari akhirnya dapat dilihat oleh matanya, Daniel menurunkan poster dari tangannya dan menatap Ellen khawatir.

Daniel khawatir Ellen akan memaki dirinya karena malu dengan cara permintaan maafnya ini. Lelaki itu sempat mendengus pelan. Mengapa ia menuruti saran temannya untuk meminta maaf dengan cara ini?

"I–itu Pak Doni?!! Gilaaaaa! Hot abis!!"

"Pak! Kancingnya gak bisa dibuka lebih banyak lagi?!

"Jadi pengen liat 'roti sobek'-nya!"

Semua jeritan-jeritan tidak tahu malu itu jelas terdengar di telinga Ellen. Lagipula bukan sepenuhnya salah mereka yang berteriak.

Penampilan Daniel hari ini... bisa dibilang ekstrem. Tidak ada lagi kesan 'dewasa' yang terlihat dari penampilan cowok itu sekarang.

Yang terlihat hanyalah seorang cowok nakal yang suka berganti pacar.

"Pak... Bapak ngapain, sih?" bisik Ellen mendekat pada Daniel.

"Sstt... Panggil gue 'sayang' mulai sekarang."

Mata Ellen mengerjap cepat. Gila. Bahkan nada bicaranya pun bukan seperti Daniel yang ia kenal sebelumnya. Oh ayolah... Apa dia lupa bahwa dia adalah seorang guru di sini?!

Dan lagi. Ellen tidak bisa melupakan tentang Daniel yang sengaja pura-pura tidak tahu akan perasaannya. Memang betul, banyak sekali siswi yang suka pada lelaki di hadapannya ini.

Namun tak ada yang seberani Ellen untuk menyatakan perasaannya secara langsung. Lagipula jika memang Daniel tidak suka pada Ellen, seharusnya lelaki itu bilang, kan? Bukannya berpura-pura bodoh yang akhirnya membuat Ellen semakin terhina.

"Maaf... Bukan tanpa alasan gue pura-pura gak tau soal perasaan lo. Gue... Gue takut ada rumor aneh-aneh kalo kita pacaran," ucap Daniel.

Ellen sempat terdiam, lalu tertawa setelahnya.

"Jadi lo lebih mementingkan rumor dibanding perasaan gue?"

Daniel menggeleng, "Gue gak peduli soal rumor tentang gue. Tapi gue gak mau lo terkena imbasnya diomongin orang-orang gara-gara kita pacaran...."

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang