96

183 17 0
                                    

(Dipublish ulang karena sempat hilang)

-

Bak di film romansa, kedua insan dengan pakaian serasi itu tampak berdansa dengan senandung musik yang mengiringi.

Tatapan keduanya terlihat benar-benar lekat, seakan tidak ada lagi yang mereka pedulikan selain alunan nada-nada yang menemani dansa keduanya.

Namun seperti pada film romansa kebanyakan, ada saja tatapan tak menyenangkan yang harus menyorot pada sepasang tokoh utamanya.

Dan tatapan itu berasal dari Mita.

Melihat Gelvan dan Thalea yang seperti putri dan pangeran dalam dongeng itu membuat Mita jengah.

Sudah lama Mita menahan amarahnya, dan ia baik-baik saja sejauh ini. Tapi untuk sekarang, momen Gelvan dan Thalea terlalu intim.

Mita benci itu.

Sementara itu, Agis dan Ellen baru saja selesai makan-makan di kantin. Mereka tak peduli dengan acara yang mungkin mereka lewatkan.

Karena perut lebih penting.

"Eh, Gis...." Ellen menghentikan langkahnya. Agis menoleh ke arahnya sembari menaikkan sebelah alis dengan bingung, "Apaan?"

"Kok perut gue sakit, ya?" Ellen memegangi perutnya. Agis mendengus, "Tanya aja sama rumput yang berjoged, sono! Suruh siapa tadi minum jus jalapeno, cantiiiikk?"

"Bacod, lu, ah!"

Dengan ekspresi wajah yang terlihat sudah tak tahan, Ellen menarik paksa lengan Agis agar ikut dengannya ke toilet.

Sampai di depan pintu toilet, Ellen masuk lalu membanting pintu itu sekeras mungkin hingga membuat tubuh Agis bergetar kaget.

Dari luar, Agis mulai mencium bau-bau gas beracun mematikan yang keluar dari toilet tempat Ellen membuang 'harta'-nya.

Sial. Hampir saja Agis memuntahkan paru-parunya. Sebetulnya apa yang dimakan Ellen hari ini? Bahkan bangkai paus saja tidak se-bau ini.

"Gis!"

Agis memutar matanya malas, "Apaan lagi?!!

"HP gue mana?!"

"HP elu kenapa nanya gue?"

"Seriusan! HP gue gak ada!"

Walau Agis agak skeptis karena tahu Ellen suka bermain ponsel saat buang air, jujur Agis pun sedikit panik.

"Ya udah. Lu yang tenteram di situ. Gue cari HP lo dulu."

"Oke! Jangan lama-lama! Gue takut juga."

"Iya, njing. Palingan ada kepala doang di situ."

"AGIS SETAN!"

Sementara di kantin, Mita baru saja selesai memakan makanan kecil bersama teman-temannya. Namun kedua temannya sudah pergi lebih dulu.

Dasar acara sampah. Anniversary sekolah? Mengapa terasa seperti tempat penyiksaan bagi Mita?

Tidak pernah sekali pun kepalanya melupakan tatapan Gelvan pada Thalea kala keduanya berdansa tadi.

Menyebalkan.

Kesal, cewek itu menendang kursi dan beranjak dari tempat duduknya. Namun saat hendak melangkah, kaki Mita tiba-tiba tak sengaja menginjak sesuatu.

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang