"Thal! Yang fokus, dong!" teriak salah seorang cewek yang berada satu tim bersama Thalea.
Saat ini, Thalea tengah bermain bola voli dengan kelas lain sebagai lawannya. Namun entah mengapa dari sekian kelompok kelas IPS-2, hanya Thalea seorang yang sedari tadi tidak fokus.
Teriakan teman satu timnya tadi, sebagai bentuk protes karena Thalea melamun saja saat bola voli hendak jatuh di dekatnya.
"Thalea! Woy!"
"H–hah? Sorry. Ulang, ulang," gugup cewek itu.
(^-^)
"Lo kenapa, dah? Dari tadi ngelamun mulu," bingung Agis melihat Thalea hanya mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotannya dengan ekspresi malas.
"Lu pada pernah tidur bareng cowok, gak, sih?" tanya Thalea tanpa sadar.
Tentu saja Agis dan Ellen yang mendengarnya pun langsung tersedak makanannya masing-masing.
"Gimana-gimana?" Ellen bertanya.
"Lo ngomong apa barusan? Tidur bareng cowok?" Agis menimpali.
Thalea baru saja tersadar. "Hah? Gak mungkin, lah, gue ngomong gitu. Gila, kali."
"Ya abisnya. Lo–"
"Mati, gue." Suara gumaman Thalea itu membuat Agis tak sempat menyelesaikan kalimatnya.
Jelas saja Thalea bergumam tiba-tiba. Bagaimana tidak? Dilihatnya seorang Gelvan Ardhian yang baru saja datang memasuki kantin.
Biasanya, cewek itu akan biasa-biasa saja, bahkan cenderung tidak peduli saat Gelvan berada di dekatnya.
Tapi untuk saat ini, ia merasa ingin mati saja jika bertemu cowok satu ini. Tentu alasannya karena rasa malu Thalea yang sudah tidak bisa dibendung lagi akibat kejadian kemarin malam.
Kejadian yang tidak akan pernah dilupakan olehnya sendiri, atau pun Gelvan.
Sebab itulah. Thalea harus buru-buru pergi sekarang juga, sebelum Gelvan melihatnya.
"Gis! Len! Cabut, yuk!" bisik Thalea.
"Ke mana?" tanya Ellen.
"Banyak tanya lo kayak netizen! Ayo cepetan!" Thalea mendesak.
"Entar aja, lah... Makanan gue belum abis ini," keluh Agis.
Thalea mendengus, "Bodo, ah! Gue aja sendiri."
Cewek itu lalu berjalan cepat menuju pintu keluar kantin, namun nahas baginya. Ia malah menabrak dada bidang Gelvan sehingga membuat minuman yang sedang dipegang cowok itu tumpah ke lantai.
Tapi jika meminta maaf sembari membungkukkan badan, bukan Thalea namanya.
Cewek itu melengos pergi begitu saja. Membuat Aura yang melihat itu jadi geram sendiri.
Setelah benar-benar jauh dari kantin, Thalea dapat bernapas lega sembari mengelus dadanya sendiri.
"Fyuh... Untung aja gak ketemu cowok Maleficent itu," gumamnya.
Namun rasa santuy-nya sirna ketika melihat Aura tiba-tiba berada di hadapannya dengan wajah benar-benar kesal.
"Lo itu, ya! Kenapa, sih?! Bisa, gak, sehari jadi jinak dikit?!" omel Aura tiba-tiba.
"Apa banget, sih, lo? Dateng-dateng gak jelas," culas Thalea.
"Gak jelas? Udah jelas, kan, lo yang nabrak Gelvan, dan bikin minumannya tumpah?! Bukannya minta maaf, malah nyelonong aja! Di mana rasa malu lo, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...