(Thalea on Mulmed)
-
"Lea."
Thalea yang merasa dipanggil pun menoleh. "Iya, Tan?" ucap cewek itu menyadari bahwa Linda yang memanggilnya.
"Kamu beliin minyak urut, gih. Si Om sakit badan lagi katanya."
"Di warung, kan, ada. Biasanya juga beli di situ, kan?"
"Abis, sayaaaaangggg. Udah kamu ke apotek aja. Yang deket kafe itu, loh."
Hah... Yang benar saja. Suasana hatinya sekarang mana mungkin membuat Thalea ingin disuruh-suruh.
"Males, Taaann. Lagian masih hujan di luar," dalih Thalea. Padahal hujan sudah reda sedari tadi.
"Ngomong apa, kamu?!"
Thalea bergidik, "Oke, otw."
(^-^)
Thalea keluar dari apotek sambil menjinjing sebuah paper bag putih yang berisi pesanan sang tante tadi.
Tidak lupa, tangannya yang lain memegang sebatang cokelat yang ia beli dari uang kembalian membeli pesanan Linda tadi.
Cewek itu menguyah cokelatnya sambil menunggu angkot yang lewat untuk kembali pulang dan melanjutkan overthingking-nya.
Tapi sebuah pemandangan berhasil mencuri perhatiannya. Dilihatnya seorang wanita sedang mencium pipi laki-laki di depannya.
Sial. Mata Thalea tidak buta, kan? Ia tidak salah lihat? Jelas-jelas yang terlihat olehnya saat ini....
Gelvan dan Nina.
Tidak. Tidak boleh menangis. Menangis pun untuk apa? Tidak ada alasan untuk membuat seorang Thalea Aqeela menangis.
Pertama, dia bukanlah tipe cewek yang cengeng. Kedua, bukankah ia berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha merelakan Gelvan? Untuk apa menangisi cowok itu?
Tapi... Ya, namanya juga usaha. Tidak se-instan itu. Perlu proses, dan jangka waktu yang lumayan.
Benar. Yang harus Thalea lakukan sekarang adalah pergi menjauh, agar hatinya tidak tersayat lebih dalam lagi.
Cewek itu memungut kembali cokelatnya yang sempat jatuh ke tanah tadi akibat melihat Gelvan dan Nina, lalu pergi.
Sakit....
(^-^)
Dengan menguyah permen karet di mulutnya, cewek berseragam putih abu-abu dengan rok pendek serta sepatu warna-warni itu memasuki gerbang sekolahnya dengan santai.
Tidak peduli dengan mata yang meliriknya, Thalea sang cewek bar-bar itu lalu mengikat rambutnya ke belakang yang semula tergerai ke bawah.
Memasuki kelasnya, ia disambut dengan Agis dan Ellen yang sudah menganga kaget melihat penampilannya.
"Hai, girls! Thalea kambekk!" Thalea merangkul kedua sahabatnya, namun hanya ada reaksi bingung yang ditunjukkan oleh yang dirangkul.
"Lo kenapa, dah? Perasaan kemarin galau mulu," heran Agis. Thalea tertawa mendengarnya, "Siapa itu galau?"
"Lo kayak lagi seneng banget. Ada apaan, sih?" Ellen ikut bertanya.
Ya. Thalea betul-betul sangat amat senang. Senang karena sudah mengetahui Gelvan dan Nina memilki hubungan spesial. Senang karena tidak perlu ada air mata lagi gara-gara cowok itu. Dan... Senang karena tidak akan ada drama percintaan menggelikan lagi dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...