Karena kaget, Gelvan langsung mendorong pelan tubuh Mita sampai cewek itu hampir terjatuh.
"Eh? Sorry, Van. Gue terlalu deket, ya? Ta-tadi gue cuma mau rapi-in kerah baju lo. Sorry," gugup Mita.
"Please jangan marah, ya?" lanjut cewek itu.
Memang beginilah Mita. Sesuatu yang paling ia takutkan adalah Gelvan marah atau tidak mau di dekatnya lagi, lalu menghilang.
Jadi saja setiap ia melakukan kesalahan kecil pada Gelvan saja, ia pasti akan mengemis-ngemis maaf seperti ini.
Namun saat ini sepertinya sudah kewajiban Mita untuk mengucapkan maaf. Karena perilakunya tadi sangatlah membagongkan.
Gelvan tidak menjawabnya. Hanya saja ia merespons dengan anggukan kepala sambil tertawa kecil dengan tatapan yang seakan berkata, "Iya, gak apa-apa."
Sementara di tempatnya, Maudy tengah mengintip Axel dari kejauhan yang sedang duduk sendirian pada kursi yang berada di pinggiran lapangan.
Bagaimana pun cewek itu merasa tidak enak pada Axel yang telah menolongnya tadi.
Tapi apa yang Axel dapat? Ia malah mendapat makian dari Maudy. Ya, setidaknya cewek itu melakukan hal kecil sebagai permintaan maaf, sekaligus rasa terima kasihnya pada Axel.
Sambil berjalan perlahan, Maudy mulai merogoh sesuatu dalam sakunya.
Tidak mengatakan apa pun, Maudy hanya menyodorkan sebuah plaster pada Axel.
Sontak cowok itu pun menoleh, dan mengernyit bingung saat yang dilihatnya sekarang ini adalah seorang Maudy Angelista.
"Makasih buat yang tadi. Lain kali gak usah sok-sok bantu gue," ketus Maudy dengan plaster masih di tangannya.
"Ini ambil. Pegel tangan gue tau, gak?" kesal Maudy saat Axel tak kunjung mengambil plaster yang ia sodorkan.
"Lo mau berterima kasih atau ngajak ribut, hm?" kekeh Axel sembari mengacak-acak rambut hitam kecokelatan milik Maudy.
"Ish! Berantakan rambut gue jadinya! Ini cepetan ambil plaster-nya, Axel!"
Axel tertawa kecil, "Lo mulai perhatian, ya, sama gue?"
"Apaan, sih? Ini ambil cepetan! Sebelum gue berubah pikiran." Maudy nampak jengah.
"Pasangin...." Axel menunjukkan wajah puppy eyes-nya.
"Jijik, Xel! Lo pikir dengan muka kayak gitu lo imut?"
Tentu saja Maudy berbohong. Karena kenyataannya, Axel terlihat sangat-sangat menggemaskan di matanya. Karungin boleh, nggak?
"Iya-iya." Akhirnya Axel pasrah. Ia mengambil plaster itu, dan hendak memasangkan pada bagian kening kanannya yang lebam.
Melihat itu, Maudy merasa orang yang paling setan se-dunia.
"Tunggu."
Maudy berucap saat Axel hendak memasangkan plaster itu.
"B-biar gue yang pasangin," ujarnya langsung mengambil plaster yang dipegang Axel, lalu memasangkannya.
"Shh...."
Astaga... Demi apa ini? Mendengar Axel meringis kecil seperti itu saja membuat Maudy merinding. Begitu lembut.
"Udah, tuh," kata Maudy setelah plaster itu berhasil terpasang.
"Makasih, Dy." Axel tersenyum manis.
"Semua orang bisa masang plaster, kali. Gak usah lebay."
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...