80

238 16 0
                                    

(Gelvan on Mulmed)

-

Dengan membawa dua gelas teh hangat di tangannya, Nina menghampiri Candra yang sedang terduduk santai di pinggir kolam renang sembari memainkan iPad miliknya.

"Eh, Nina. Duduk, duduk," ucap Candra ramah saat menyadari kehadiran Nina di dekatnya. Cewek itu mengangguk pelan sambil tersenyum, lalu duduk di kursi samping Candra.

"Om...."

Candra menoleh, "Ya?"

Nina menyelipkan rambutnya. Ia sedikit ragu-ragu untuk mengatakan apa yang ada di benaknya saat ini.

"Kapan kita pulang, ya?"

"Kenapa? Kamu ada urusan mau buru-buru pulang?"

Nina menggeleng, "Enggak. Aku malah suka di sini. Om Herman, Tante Linda, dan Bunda pun sama. Tapi lama-lama, kami agak ngerasa... gak enak sama Om."

Candra terdiam, lalu kemudian tertawa kecil. Ia sempat terkejut sebelumnya. Ia kira Nina akan membicarakan sesuatu yang sangat penting.

"Kamu ini... Kirain ada apa. Nina, Om ke sini itu bukan semata-mata untuk liburan aja. Ada kerjaan yang harus Om urus di sini. Dan sampai kerjaan Om selesai, baru kita pulang bareng-bareng. Gak boleh ada yang pulang duluan, ya! Om maksa, nih."

Nina tertawa mendengarnya. Memang betul, dirinya merasa tidak enak karena terlalu berlama-lama di sini.

Jika biasanya orang akan menikmati semua fasilitas saat berlibur ke sebuah tempat, Nina justru memikirkan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk suatu item.

Contohnya biaya sewa kamar hotel, belum lagi biaya konsumsi dan lainnya. Angka-angka itu susah terbayang di kepalanya.

Namun mendengar jawaban Candra barusan, membuatnya sedikit tenang. Lagi pula ia tidak sepenuhnya mengandalkan Candra.

Untuk biaya sehari-hari dan keperluan lain, Nina menggunakan dananya sendiri yang ia hasilkan dari mengajar anak SD di sebuah sekolah dasar semenjak berada di sini.

"Lagi pula... Ini semua cara berterima kasih Om ke Herman dan Linda. Bahkan semua ini, gak ada apa-apanya dibandingkan jasa mereka ke Om."

Nina mengernyit, "Jasa?"

Candra tersenyum. Kejadian itu, kembali melintas di kepalanya....

Seorang cowok dengan seragam putih abu-abu, dan rambut yang acak-acakan tampak berjalan lunglai di pinggir jalan.

Candra Ardhian Lukmana.

Nama itu tertulis dalam badge seragamnya. Candra, cowok itu terlihat melepaskan dasi yang menggantung di lehernya.

Dasi itu seakan lebih mencekiknya, setelah kejadian sialan beberapa menit lalu yang menimpanya.

Di mana saat Audry, seorang gadis yang sudah menjalin hubungan dengannya selama sebelas tahun, tiba-tiba mengakhiri hubungan begitu saja.

Entah apa alasan Audry melakukan itu, namun justru itulah yang membuat Candra frustrasi. Jika saja Audry memberikan alasannya, mungkin ia akan berusaha memperbaiki diri.

Tapi ini? Audry malah tiba-tiba bilang "putus" lalu melenggang pergi. Jelas, Candra bingung sekaligus marah akan keputusan sepihak itu.

Di tengah hiruk pikuk jalanan, dan orang-orang yang berlalu-lalang, Candra berteriak sekencang mungkin saking kesalnya.

Malu? Apa itu? Dibanding malu, Candra lebih merasa putus asa. Kenangan bersama Audry yang telah mereka rajut bersama, kini jadi sampah?

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang