"Jadi yang tadi pagi makan bareng kita itu Kakak lo, Thal?" tanya Agis saat baru saja keluar dari kelasnya dengan ditemani Ellen dan tentunya Thalea.
"Yoi. Mirip, kan?" Thalea tersenyum jahil.
"Diliat dari sedotan pun, lo gak ada mirip-miripnya sama kakak lo itu." Ellen tertawa setelahnya sementara Thalea yang terlihat mendengus sebal.
"Tapi ada benernya juga si Ellen. Kakak lo kayak bule-bule gimanaaaa gitu," timpal Agis.
Thalea mengangkat bahunya, "Entahlah. Mungkin karena kelamaan tinggal di Paris."
Bodoh. Memangnya berlama-lama di negara asing memang bisa membuat wajah berubah jadi bule? Astaga.
"Paris? Widiihh. Bisa ketemu Jaemin, dong?" Mata Agis berbinar.
"Itu Korea, dongo." Ellen memukul pelan kepala Agis.
Sempat tertawa sambil geleng-geleng kepala menghadapi tingkah kedua sahabatnya yang sama-sama dongo, Thalea tiba-tiba tersandung sesuatu di bawah kakinya.
Nyaris saja cewek itu terjatuh. Namun yang membuatnya berpikir adalah mengapa ada suara orang tertawa saat ia nyaris jatuh tadi.
Tidak salah lagi. Thalea kenal suara tawa laknat ini.
"Harusnya gue bawa cermin biar lo bisa liat muka lo pas mau jatoh tadi! BUAHAHAHAHAHHH!"
Tawa Rifan terdengar menggelegar hampir memenuhi lorong menuju kantin ini. Begitu sadar bahwa Rifan yang mengerjainya, Thalea memutar bola matanya dengan malas sambil mendengus kesal.
"Hah... Anak sialan ini," umpat Agis sambil menghela napas panjang.
Begitu pun Thalea. Cewek itu tidak habis pikir. Mengapa Rifan sangat suka mengganggunya? Padahal saat Thalea pertama masuk ke sekolah ini, Rifan sedang tak hadir lantaran berlibur.
Namun semenjak kembali dari liburannya dan mengamati gerak-gerik Thalea, cowok itu jadi sangat-sangat menjengkelkan dan suka berkata omong kosong.
"Thal. Marah, dong. Lo bukan manusia, ya? Kok gak pernah marah, sih?" tanya Rifan dengan ekspresi yang amat minta dibogem.
Sebetulnya, Thalea bisa saja langsung menendang atau bahkan menguliti cowok ini sekarang juga. Namun orang seperti Rifan, akan semakin sering mengganggu jika dilayani. Maka dari itu ia berusaha sabar.
Thalea mendengus, "Ck. Gue gak ada tenaga buat ngamuk ke lo, ya, setan. Minggir. Gue laper."
"Ah gak seru! Marah lo cuma segitu? Cemen! AHAHAHAH!" Rifan tertawa puas.
"Apa banget, sih, anjing. LO BIKIN GEDEK TAU, GAK?!!" Ellen tak bisa menahan emosinya.
Astaga... Ni cowok minta digampar, ya? EHHH tunggu. Itu, kan, si Budek? batin Thalea, pikiran cewek itu teralihkan pada sosok Gelvan yang terlihat membawa amat banyak buku dengan menumpuk di kedua tangannya.
Mata Thalea langsung tertuju pada ponsel Gelvan yang terjatuh begitu saja di lantai. Bisa saja Thalea mengabaikan ponsel itu. Namun ia tak bisa menutup mata saat insiden itu terjadi di depan matanya sendiri.
Bahkan untuk seorang paling menyebalkan seperti Gelvan Ardhian.
"Woy, Budek! HP lo jatoh!" Thalea memungut ponsel milik Gelvan dan berlari mengejar cowok itu.
"Eh, Gis, Len. Lu pada duluan aja ke kantin, okehh?" ucapnya sebelum benar-benar pergi.
"Santuy. Kami juga mau beresin sampah ini dulu." Agis mengalihkan pandangannya pada Rifan yang kini menelan ludahnya takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...