76

257 21 0
                                    

(Gelvan on Mulmed)

-

"Dia kembaran gue."

Sial. Kalimat Rifan itu terus terngiang-ngiang di kepala Thalea. Kemarin, setelah mengatakan itu, Rifan pergi begitu saja tanpa menjelaskan perkataannya itu.

Zefan? Kembaran Rifan? Pantas saja. Tidak heran wajah, dan nama mereka mirip. Seharusnya Thalea sudah sadar dari awal.

Tapi bukan hal itu yang membuatnya terdiam, dan terus berpikir sedari tadi. Melainkan fakta bahwa sedikit sekali informasi tentang Zefan yang ia dapatkan.

Jika saja sikap Rifan masih seperti dulu, yaitu usil padanya. Mungkin Thalea akan lebih mudah menanyakan soal ini.

Tapi sekarang? Hah... Rifan bilang tidak mau mengganggu Thalea lagi karena tidak mau babak belur oleh si 'dia' yang bahkan Thalea tidak tahu siapa.

"Kenapa?"

Pertanyaan itu sukses membuat Thalea tersadar dari lamunannya. Tampaklah Gelvan yang tengah menatapnya bingung.

Cowok itu terlihat memakai celana training panjang, serta sweater putih polos yang nampak longgar di tubuhnya semakin membuatnya semakin terlihat manis.

Arrgh. Serius Thalea harus menyembunyikan hal ini dari cowok imut ini? Karena sejujurnya, ia belum memberitahu sang pacar bahwa dirinya tengah sibuk mencari tahu dan mengulik tentang mendiang Zefan.

"Gak apa-apa. Emang gue kenapa?"

Thalea sempat tertawa renyah. Ia tidak mau membuat Gelvan menaruh rasa curiga padanya akibat tidak bisa mengontrol ekspresi.

Sebetulnya Thalea sendiri tidak tahu pasti mengapa ia bersikeras untuk menyembunyikan hal ini dari Gelvan. Untuk saat ini, Thalea tidak memberitahu Gelvan agar tidak membebani pikiran cowok itu.

Walaupun memang jika dipikir-pikir, hal ini sangat berkaitan dengan Gelvan. Tapi justru karena itu Thalea semakin tidak ingin memberitahu Gelvan.

Sementara itu, Gelvan mengedikan bahunya lalu duduk dengan membawa segelas susu yang memang sudah dibawanya tadi.

"Apaan, tuh? Kok gak bagi-bagi?" tanya Thalea dengan nada usil sembari menemani Gelvan yang duduk memilih duduk di lantai dibanding di sofa.

"Ini susu. Kalo mau bikin sendiri."

Seperti biasa, kesan cuek selalu saja terdengar dalam setiap ucapan Gelvan. Walaupun penampilan cowok itu yang menggemaskan seperti sekarang, namun gaya bicaranya sama saja.

"Repot-repot bikin. Gue juga punya," celetuk Thalea.

Tentu saja hal itu membuat Gelvan tersedak saat minum susu yang dibuatnya di dapur tadi. Cowok itu lantas memandang Thalea dengan wajah polosnya.

Melihat itu, Thalea tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala.

Entah Gelvan tidak sempat menghindar, atau memang isi kepala Thalea yang mesum, cewek itu mendekat berhasil mengikis jarak antara keduanya.

Ia menatap sejenak mata hitam besar milik Gelvan, lalu beralih pada sesuatu yang berwarna merah muda kemerahan di bawahnya.

Dengan tekad bulat, Thalea segera menempelkan bibirnya pada bibir Gelvan dengan cepat. Sampai-sampai Gelvan tidak sempat mengelak saking cepatnya.

Seperti anak anjing yang kehilangan majikannya, Gelvan menatap wajah Thalea kosong sesaat setelah ciuman barusan.

Thalea terkekeh, "Apa? Gue cuma bersihin susu yang ada di bibir lo. Manis ternyata. Kayak yang punya hihi."

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang