Hayooo siapa yg langsung loncat ke sini? Wkwkwkwkkkw. Kek yg aku bilang, baca langsung ke sini itu ada plus-minusnya.Plusnya, kalian gak akan membaca kegaringan yg bikin mo muntah itu.
Tapi minusnya, kalian bakal ketinggalan pertemuan awal dan konflik awal dari tokoh-tokohnya.
Contoh, pertemuan awal Thalea sama si Mark (yg belum kujelasin sama sekali hahahh), dan konflik yg lain.
*Apasi authornya ribet anj
Okey sekian, langsung aja cekidot.
-
Tidur siang memang sudah tidak bisa dibandingkan lagi dengan kenikmatan apa pun. Bantal dan selimut seolah-olah menyuruh untuk tetap menjelajahi alam mimpi setidaknya sampai sang 'Ratu Alam' datang dan menyiram air yang sedingin es.
Tapi akan sangat menyebalkan ketika enak-enak terlelap, tiba-tiba perut berbunyi karena keroncongan.
Situasi seperti itulah yang dirasakan Thalea saat ini. Ia terbangun dari tidur siang cantiknya karena cacing di dalam perutnya tak bisa diam.
Cewek itu duduk terduduk diam di kasurnya dengan rambut hitam yang sudah tidak bisa disebut sebagai rambut manusia lagi, acak-acakan.
Thalea termenung sebentar sambil masih mengumpulkan nyawanya yang tersisa dan bergumam, "Mau seblak."
Setelah selesai bersiap walau seadanya, ia turun dari kamarnya dan hendak keluar pintu. Tapi terhenti saat melihat Nina sedang bermain laptop di ruang tengah.
"Mau ke mana siang-siang begini?" tanya Nina tanpa menoleh.
"Mau nyari seblak. Mau ikut?"
"Ada yang harus gue kelarin. Gue nitip aja."
Thalea membuang muka, "Dasar orang sibuk."
(^-^)
Tempat sebesar ini, tapi Thalea sama sekali tidak menemukan pedagang yang menjajakan makanan incarannya.
Entah sudah berapa menit ia berkeliling, tetap saja tidak ada. Apakah orang-orang ini naik wahana tanpa seblak? Mungkin itu pikirnya.
"Harus nyari ke mana lagi astaga," gumamnya frustrasi.
Hendak mengurungkan niatnya untuk membeli makanan yang diinginkannya itu, tiba-tiba matanya tak sengaja melihat sekilas seorang anak kecil yang tampak tertawa-tawa dengan seorang cowok yang memakai bando kelinci.
Tapi hanya punggung cowok itu yang terlihat. Eh, tunggu. Sepertinya cowok ini tidak asing. Dari belakang saja Thalea sudah mempunyai gambaran siapakah dia.
Thalea mendekat, dan menyipitkan matanya. Benar saja. Tidak salah lagi. Punggung bidang ini pasti milik seseorang yang terkenal suka menyiksanya di sekolah.
"Budek?"
Cowok yang di depannya pun menoleh. Dan... Ya. Tampak seorang Gelvan Ardhian yang berwajah datar dengan dihiasi dua telinga kelinci di kepalanya.
Untuk sesaat, mereka berdua saling menatap satu sama lain. Masing-masing memiliki alasan tertentu untuk tidak memulai pembicaraan.
Setidaknya sampai....
"Ppfffttt.... Lo... Lo jadi maskot di sini?!!" Thalea tak kuasa menahan tawanya sampai-sampai tergagap.
Tanpa menjawab, Gelvan melepaskan bando kelinci yang dipakainya dengan ekspresi kikuk. Ia mengalihkan pandangannya beberapa kali sementara Thalea yang masih terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...