"Ck! Di mana, sih, si Gelvan?! Badan aja gede, tapi dicari-cari sampe di tempat sampah pun gak ketemu!" umpat Thalea kesal karena sudah mengelilingi hampir ke semua sudut sekolah, namun tidak ditemukannya cowok bernama Gelvan itu.
"Apa gue cari ke kelasnya lagi aja, ya?" ucap cewek itu pelan.
"Siapa tau sekarang ada," ucapnya lagi.
Tapi apa kata orang-orang kalo gue keseringan ke kelasnya?
Eh. Peduli amat gue apa kata orang, yang penting gue harus gantiin duit Gelvan yang bayarin gue di supermarket kemarin!
(^-^)
Thalea kira mencari Gelvan ke kelasnya pada jam istirahat seperti ini adalah ide bagus dibanding pagi tadi, karena mungkin saat ini semua siswa sedang pergi ke luar untuk beristirahat.
Tapi nyatanya tidak. Justru banyak sekali siswa yang berlalu-lalang di mana-mana, sehingga membuatnya ragu untuk ke kelas Gelvan.
Bukan karena takut keramaian. Persetan dengan keramaian. Thalea hanya takut orang lain akan berspekulasi buruk. Mengingat ia sudah ke kelas Gelvan pagi tadi.
Arghhh! Ini manusia-manusia gak pada ke kantin, atau jajan gitu?! Bikin mumet aja, tai! marah Thalea dalam hati.
"Ngapain di sini? Nyari Gelvan lagi, hah?!" tanya Aura yang tiba-tiba muncul di depan Thalea yang sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Hadeuh... Lo lagi, Mak Lampir? Lo nge-fans sama gue, ya?" lontar Thalea mulai geram dengan debu satu ini.
"Gak usah banyak omong! Lo ke sini nyari Gelvan lagi, kan?! Lo–"
"Sstt. Daripada elu emosi gak jelas, mending ke kantin aja, sono. Sekalian gue nitip kerupuk, oke?"
"HEH! Gue ini lagi marah! Bisa-bisanya lo, ya!"
Thalea mengembuskan napasnya panjang, "Cukup, ya. Sikap lo ini too much tau, gak? Gue mau ketemu Gelvan pun bukan mau rebut cowok nyebelin itu dari lo. Jadi minggir sebelum gue banting lo pake bangku."
"Jadi bener lo nyari Gelvan lagi?! Gelvan gak ada di sini! Pergi!!" teriak Aura, tak peduli dengan keadaan sekitar.
Thalea geleng-geleng, "Heh, lo gak capek ribut sama gue gara-gara cowok kayak si Gelvan?"
"Gue–"
"Eitss! Gak usah dijawab. Gue juga mau cabut kalo emang cowok itu gak ada di sini. Bye."
Sebelum benar-benar pergi, Thalea menolehkan kepalanya dan kembali menatap Aura.
"Btw, servis otak lu, ya. Isinya cowok semua. Ini dipake, sist." Thalea menyentuh pelipis kanannya dengan jari telunjuknya sendiri saat mengatakan kata 'ini'.
Heuhh! Mak Lampir sialan. Selalu aja bikin ribet. Sama aja kayak si Gelvan! DEMI APAAN, SIH, GUE KESEL BANGET NYARI TUH COWOK?!!
(^-^)
Di saat murid yang lain tengah menikmati jam istirahat mereka, lain halnya dengan seorang Axel Adiputra.
Kalau yang lain menikmati jam-jam istirahat, Axel malah sedang menikmati jam-jam hukuman mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Dewi karena membuat keributan di kelas semasa jam pelajaran.
Dan cowok itu memilih mengerjakannya di kursi taman yang terasa biasa-biasa saja, sampai suasana menjadi sangat amat indah tatkala seorang gadis menyodorkan sebuah buku padanya yang sedang menulis.
Padahal gadis yang ternyata adalah Maudy itu memberikan buku tulisnya dengan ekspresi wajah datar.
"Ini ambil! Pegel, tau," kesal Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...