66

344 27 0
                                    

(Axel on Mulmed)

-

Sepanjang jalan, Thalea tidak bisa berhenti melempar tatapannya pada KEKASIH barunya ini.

Bagaimana tidak? Gelvan yang terus menggaruk tengkuknya dan terlihat salah tingkah amat sangat menggemaskan.

Ah, Thalea ingin sekali melumat bibir cowok itu sekarang juga jika saja mereka berdua tidak sedang berjalan di lorong menuju kelas masing-masing.

Walaupun jam istirahat sudah berakhir beberapa saat lalu, Agis dan Ellen yang baru keluar dari kantin pun terkejut melihat Gelvan dan Thalea bergandengan tangan.

Saking kagetnya, snack yang berada di mulut Ellen sampai jatuh ke bawah.

"Liat apaan lu pada?" Thalea tertawa sambil menoyor kepala Agis, dan pergi bersama Gelvan.

"Len... Lo percaya apa yang kita liat barusan?" tanya Agis.

"Gue lebih percaya si Thalea bugil sambil lari-lari di jalan."

(^-^)


Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun itu tidak menjadi penghalang bagi Thalea untuk terus mondar-mandir di depan pintu rumahnya.

Saat ini cewek itu tengah menunggu Nina pulang. Entah ke mana wanita itu hingga kini tidak kunjung datang.

Bagaimana pun, setidaknya "terima kasih" harus terucap dari lisan Thalea. Karena, kakaknya itu lah yang sudah membuka hatinya dan Gelvan untuk saling jujur akan perasaan masing-masing.

"Kamu kenapa, Lea?"

Thalea menoleh, dan menampakkan sosok Manda sedang menatapnya kebingungan. Wanita paruh baya itu menaruh gelas berisi tehnya, lalu menghampiri Thalea.

"Kok belum tidur?"

Thalea menggeleng, "Belum, Bun. Lagi nunggu Kak Nina." Manda mengernyit. Untuk apa Thalea menanyakan kakaknya malam-malam begini? "Bunda tau Kak Nina pergi ke mana?" lanjut Thalea.

Manda menggeleng, "Enggak. Tapi mungkin dia lagi keluar sama temen-temennya."

"Emang kenapa, sih?" Manda menuntun Thalea untuk terduduk bersamanya. "Kalian berantem?"

Thalea terbelalak, "Enggak, lah, Bun! Justru... Justru aku mau berterimakasih sama kakak."

"Buat?"

"Ya, berkat kakak, sekarang Gelvan sama aku...."

Thalea tidak melanjutkan kalimatnya. Ia sadar sudah berbicara terlalu banyak. Cewek itu melirik Manda yang tengah tersenyum jahil menatapnya.

"Cieee. Siapa Gelvan? Gebetan kamu?"

SEKARANG DAH JADI PACAR, BUUNNN!

Ingin sekali Thalea berteriak seperti itu. Tapi tentu rasa gengsinya lebih unggul dibandingkan apa pun.

"Ah, nyampe juga."

Thalea dan Manda menoleh bersamaan pada pintu yang terbuka dari luar dan memperlihatkan Nina yang baru saja melepas sepatunya.

"Eh? Kirain udah pada tid-"

Ucapan Nina terpotong kala Thalea berdiri, dan langsung memeluknya erat. Bahkan sangat erat hingga membuatnya sedikit tercekik.

"Lo keterlaluan, Kak."

Dengan ucapan Thalea itu saja, Nina sudah paham. Wanita itu membalas pelukan sang adik dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Jadi selama ini lo cuma ngetes gue? Jahat lo." Thalea melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.

Nina tertawa, "Ya... Secara teknis gue gak cuma ngetes lo. Gue juga ngetes si Gelvan, kok. Dia beneran suka sama lo apa enggak...."

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang