BAB 4 CEMBURU

266 130 21
                                    

Riuh teriakan di kursi penonton membuat para pemain yang tengah bermandi keringat di lapangan semakin bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riuh teriakan di kursi penonton membuat para pemain yang tengah bermandi keringat di lapangan semakin bersemangat. Sesuai janjinya, hari ini Ghea benar-benar datang untuk menonton pertandingan tim basket Barra dan tim basket sekolah lain yang diadakan di SMA Harapan Negri yang akan menentukan siapa pemenang juara satu dan dua pertandingan yang sudah diadakan sebulan ini dan menyingkirkan tim-tim dari sekolah lain hingga menyisakan dua sekolah yang bertanding sore ini.

Rambut Barra yang basah oleh keringat semakin menambah kadar ketampanan di wajahnya, tak heran baik dari SMA Bina Bangsa maupun SMA lain banyak yang mengidolakan sosok kapten basket SMA Bina Bangsa yang lebih tepatnya adalah pacar dari Ghea Meriska.

Di balik kursi penonton Ghea bersorai senang, bertepuk tangan dan meneriakkan nama pacarnya. Moment yang seharusnya sering Ghea rasakan selama enam bulan ini menonton Barra bertanding basket ternyata baru ia bisa rasakan euforianya hari ini.

"Barra semangat!" seru Ghea.

Olivia dan Trisha ikut menyemangati tim SMA mereka, meski bisa dilihat bahwa tersembunyi kegelisahan di wajah cantik Trisha.

"Lo mah dukungnya Cuma Barra," protes Olivia.

"Jelas donk, pacar gue."

Memang bisa diumpamakan kucing dan tikus persahabatan Ghea dan Olivia. Meski sering bertengkar tapi keduanya tetap tak bisa dipisahkan seolah mereka sudah ditakdirkan dalam satu buku yang sama meski dengan karakter yang bertolak belakang.

Trisha tak ikut berkomentar, meski raganya berada di sana tapi pikirannya sudah melayang kemana-mana. Jujur saja pertandingan seperti ini memang akan dijadikan anak muda sebagai ajang cuci mata untuk melihat cowok-cowok tampan baik dari sekolah sendiri maupun dari sekolah lain, berbeda dengan Trisha. Satu-satunya hal yang ia pikirkan saat ini adalah jam yang terus bergerak di tangannya, waktu sore menjelang magrib. Dalam hati Trisha berdoa agar pertandingan ini segera selesai dan ia bisa pulang agar tak mendapat  masalah lagi dengan ayahnya.

"Girls, jangan ribut donk. Gue pulang duluan ya, lo pada tau sendiri kan?" ujar Trisha menunjuk jam yang melingkar di tangannya.

Ghea dan Olivia mengangguk mengerti, bersahabat sejak berada di bangku kelas sepuluh membuat mereka hafal kebiasaan Trisha yang benar-benar terkadang sulit dimengerti.

Setelah berpamitan, Trisha benar-benar pergi meninggalkan dua sahabatnya yang kembali fokus menonton pertandingan.

Barra adalah satu-satunya yang saat ini berlari-larian di pandangan Ghea. Ia tak terlalu peduli dengan pemain lain bahkan pada bola yang diperebutkan di sana. Ghea hanya peduli pada pacarnya bahkan kemanapun Barra melangkah tak pernah lepas dari pengawasan Ghea.

"Ganteng banget pacar gue," puja Ghea.

Mungkin kalimat tersebut akan sangat sulit Ghea ucap jika berada di hadapan Barra. Ghea memang selalu seperti itu, memuji ketika jauh dan mengomeli Barra ketika berada di dekatnya. Bagaimana Ghea tak mengomel jika kelakuan Barra sangat menyebalkan dan membuat Ghea ingin mencubit ususnya.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang