BAB 11 KECEWA

174 95 14
                                    

Tangan Ghea begitu leluasa membersihkan bajunya menggunakan air yang berada di belakang panti, kesal? Ya Ghea merasa kesal tapi apa bisa ia marah dengan anak-anak yang bahkan entah pernah bertemu orangtuanya atau tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Ghea begitu leluasa membersihkan bajunya menggunakan air yang berada di belakang panti, kesal? Ya Ghea merasa kesal tapi apa bisa ia marah dengan anak-anak yang bahkan entah pernah bertemu orangtuanya atau tidak. Ghea merasa malu jika ia marah dengan Kafka lagipula Kafka yang kini menemaninya membersihkan noda cat itu saja sudah cukup bagi Ghea.

"Gapapa kok, kalo Kafka mau main. Kakak bisa bersihin sendiri," ujar Ghea memelankan suaranya.

Kafka memang termasuk salah-satu anak yang terkategori aktif di tempat ini tapi menurut penuturan Bu Rosa pemilik panti ini bahwa Kafka seringkali menangis sendiri di tengah malam, tidurnya tak pernah tenang.

Diketahui bahwa sebelum tinggal di panti ini Kafka merupakan korban dari pembantaian satu keluarga, para pencuri yang hendak merampok rumahnya dengan keji menghabisi nyawa orangtua Kafka tepat di hadapan anak tersebut.

Sampai saat ini Kafka seringkali menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian tersebut karena tak berhasil menyelamatkan kedua orangtuanya.

Kafka hanya bisa melihat perbuatan kejam itu dengan bersembunyi di bawah kolong tempat tidur ayah dan ibunya. Ketika itu Kafka merasa mati rasa, tak mampu menggerakkan tubuhnya bahkan lidahnya sekalipun.

Saat polisi sudah tiba pun Kafka masih terdiam kaku di bawah kolong kasur, jika saja polisi tak jeli menelusuri kamar entah apa yang akan terjadi pada Kafka.

Kafka tak menjawab ucapan Ghea, bukan karena ia bisu atau tak bisa berinteraksi melainkan Kafka masih tenggelam dalam ketakutannya. Anak kecil itu hanya bisa bergerak lincah namun tanpa suara, keadaan Kafka seringkali membuat Bu Rosa khawatir namun yang ia bisa lakukan hanya berdoa agar kondisi Kafka membaik.

Ghea memeras bajunya kemudian menjemurnya di sana, kini tatapannya tertuju pada Kafka yang belum juga berpindah.

"Hey, ayo kita masuk," ajak Ghea.

Tak ada jawaban dari Kafka, tatapannya tak beralih sedikitpun dari wajah Ghea. Dari kejauhan Daffa hanya melihat apa yang akan Ghea lakukan, Daffa senang melihat Kafka ingin berada di dekat Ghea. Selama ini Daffa berusaha mendekatkan diri pada Kafka tapi tak mendapat respon apapun.

Ghea berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Kafka, anak ini sangat menggemaskan.

"Kenapa ada yang aneh ya di muka kakak?" tanya Ghea karena Kafka tak berhenti menatap wajahnya.

Kafka tak berbicara apapun tapi pelukan tiba-tiba Kafka membuat Ghea terkejut.

"Mama," ujarnya.

Tangis Kafka pecah dengan pelukan yang semakin erat, Daffa dari kejauhan menyaksikan bagaimana Kafka menangis langsung berjalan mendekati Ghea yang kebingungan.

"Kafka kangen, Ma."

Daffa ikut berjongkok mendekat pada Kafka kemudian bertanya, "Kafka kenapa?"

Ghea hanya bisa menggeleng, ia benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang