BAB 18 NOT ABOUT YOU

130 75 7
                                    

Sampai saat ini Ghea tak bisa tenang, jantungnya berdegup tak karuan dan pandangannya tak bisa berhenti menoleh pada pintu masuk ruang kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai saat ini Ghea tak bisa tenang, jantungnya berdegup tak karuan dan pandangannya tak bisa berhenti menoleh pada pintu masuk ruang kelas. Mungkin ini berlebihan tapi Ghea benar-benar khawatir pada Daffa, lelaki itu tak kunjung masuk setelah istirahat pertama padahal sekarang sudah jam pelajaran terakhir.

Tak satupun dari anggota kelas dapat menjelaskan kemana hilangnya Daffa pada guru-guru yang mengajar. Seolah ditelan bumi, lelaki itu lenyap meninggalkan tas dan peralatan sekolah yang masih tertinggal di bangkunya.

Bell pulang telah berdering, awalnya Ghea ingin menunggu Daffa di kelas namun karena berbagai pertimbangan akhirnya ia memilih untuk pulang meski hatinya tak kunjung tenang.

"Makan dulu, gue laper."

Ghea manut saja, dalam diam ia memikirkan banyak hal mengenai sosok lelaki yang tiba-tiba menghilang tanpa sebab itu. Apa Daffa sedang dalam masalah?

"Ini," ujar Barra menyodorkan helm pada Ghea sayangnya perempuan itu berdiri mematung di samping motor Barra.

Melihat tak ada pergerakan dari Ghea, Barra turun dari motornya kemudian menyampirkan rambut Ghea ke telinganya kemudian dengan perlahan memasang helm di kepala pacarnya itu.

"Udah peka belum?" tanya Barra.

Memang sejak dulu Ghea selalu menyindirnya mengatakan bahwa Barra sangat tidak peka tapi untuk hari ini Ghea bukan sengaja berdiam mematung agar Barra melakukan hal romantis padanya melainkan ada hal yang mengganggu fokusnya membuat Ghea tenggelam dalam lamunan.

"How weird!" puji Ghea tersenyum singkat.

Barra tertawa karena hal tersebut kemudian naik kembali ke motor dan ketika Ghea sudah ikut naik dengan lembut Barra menarik tangan Ghea untuk memeluk pinggangnya.

"Pegangan nanti hilang," candanya.

***

Perasaan memang adalah sesuatu yang sangat sensitif, ia terkadang tiba-tiba sakit dan terkadang juga ia tiba-tiba bahagia dengan sebab yang kita sendiri kadang bingung apa yang menjadi alasannya.

Ghea menikmati setiap embusan angin yang menerpa wajahnya, di ufuk barat mentari sudah akan turun ke lautan untuk menyambut malam.

"Lo nggak lupa kan Barr gue nggak boleh pulang kemaleman?" peringat Ghea mengangkat jam di tangannya.

Barra menyeruput minuman dingin miliknya kemudian mengangguk singkat pada Ghea seolah hal itu bukanlah masalah besar.

"Gue nggak mau cari ribut sama mama hari ini," tambah Ghea.

"Lo masih berurusan sama cowok itu kan?" tanya Barra tiba-tiba.

Ghea menelan ludah berusaha terlihat biasa saja atas pertanyaan Barra yang cukup mengejutkannya.

"Jangan ngalihin pembicaraan deh," protes Ghea.

Barra pindah duduk di samping Ghea kemudian menarik wajah perempuan itu untuk menatapnya lebih dekat.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang