BAB 60 DIAM BUKAN EMAS

44 16 1
                                    

Melihat Amel dan teman-temannya yang berjalan mengikuti Dilla membuat Alvaro curiga, sebuah ide brilian langsung membuatnya menyeringai senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Amel dan teman-temannya yang berjalan mengikuti Dilla membuat Alvaro curiga, sebuah ide brilian langsung membuatnya menyeringai senang.

Tangan dimasukkan ke dalam saku celana sembari menatap lurus ke depan dengan baju yang sedikit berantakan membuat Alvaro terlihat begitu menawan. Tujuannya saat ini adalah ruang guru namun belum sempat ia sampai di sana ia sudah bertemu Bu Septa yang terkenal galak dan menyeramkan.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat yang membuat Bu Septa melotot marah, kini Alvaro berjalan mengikuti Bu Septa yang melangkah cepat dengan penggaris panjang yang ia bawa.

Ternyata tebakan Alvaro benar, melihat tindakan Amel membuat Bu Septa langsung berteriak marah.

"BERHENTI! AMEL KAMU KETERLALUAN!"

Amel yang tadinya tergelak bahagia langsung berubah ekspresinya melihat perempuan setengah baya, berkacamata, lipstik merah merona dan tak ketinggalan penggaris kayu yang ia bawa.

"Shit!" umpat Amel pelan.

"KALIAN SEMUA IKUT SAYA!" bentak Septa menyeret Amel yang tentu saja diikuti kedua temannya.

Dilla tak peduli apapun kecuali catatannya yang berserakan di lantai, dengan hati yang begitu sakit ia memungut semua lembaran. Satu demi satu kertas ia kumpulkan sampai tangannya berhenti di satu kertas yang ketika itu ia lihat tangan kekar tengah berusaha mengumpulkan kertas. Sepersekian detik Dilla memandang wajah tampan dengan garis tegas di wajah itu namun tak lama kemudian ia langsung tertunduk menyesali perbuatannya.

"Seharusnya lo lawan," ucap Alvaro.

Dilla tak menjawab, ia malah merebut kertas yang ada di tangan Alvaro kemudian pergi menyusul Bu Septa.

Sikap dingin yang ia terima tak membuat Alvaro menyerah, ia berjalan mengikuti Dilla.

Lorong panjang menuju ruang guru membuat Dilla menggerutu mengapa perjalanan begitu jauh. Ia benar-benar risih dan sepenuhnya sadar bahwa sejak tadi Alvaro masih mengikutinya. Dilla tak ingin berteriak meminta lelaki itu berhenti hanya saja ia ingin lelaki itu tak mengikutinya dan berusaha masuk hidupnya terlalu jauh.

Ketika berada di depan ruang guru, Bu Septa langsung memanggil Dilla masuk.

Rupanya Amel dan teman-temannya sudah dikumpulkan di ruang kepala sekolah dengan Pak Samsul yang duduk menatap heran pada mereka.

"Alvaro kamu juga masuk," panggil Bu Septa.

Setelah semua berkumpul di ruang kepala sekolah, sebelum memulai pembicaraan Bu Septa geleng-geleng kepala menatap tajam ketiga perempuan yang kini saling sikut.

"Bukan kali pertama kalian ketahuan membully bahkan sebelumnya sudah diberikan peringatan keras dengan skorsing tapi sepertinya hal itu tak memberikan efek jera, izin pak ketiga siswi ini sebelumnya sudah pernah mendapat skorsing atas tindakan perundungan yang mereka lakukan dan hari ini mereka kembali berulah. Saya harap bapak bisa tegas dan memberikan hukuman setimpal pada mereka," ucap Bu Septa menggebu-gebu.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang