BAB 6 RAHASIA DAFFA

203 117 28
                                    

Kita memang butuh orang lain tapi jangan jadikan orang lain kebutuhan untuk kita.

Mungkin orang akan mengira Ghea adalah manusia paling bahagia di muka bumi padahal kenyataannya Ghea adalah orang yang paling pandai menyembunyikan luka di balik senyum palsunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin orang akan mengira Ghea adalah manusia paling bahagia di muka bumi padahal kenyataannya Ghea adalah orang yang paling pandai menyembunyikan luka di balik senyum palsunya.

Hari ini ia kembali berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum, mau bagaimana lagi karena Dilla sudah berangkat lebih awal untuk mengikuti kelas tambahan dengan Bu Ira untuk perlombaan yang akan diadakan Minggu depan. Lagi-lagi Ghea yang akan mengalah, bukannya mendapat ucapan terimakasih karena telah membiarkan Dilla membawa sendiri mobil ke sekolah tanpa menunggunya tapi Ghea malah mendapat ceramah pagi karena dianggap lelet dan tak bisa menyeimbangi Dilla.

Jika saja Maya berbicara lebih lembut dan memberi pengertian pada Ghea mungkin tak akan seperti ini jadinya. Di kendaraan umum ini Ghea sengaja membiarkan wajah kanan tertutup rambut untuk menutupi memar akibat tamparan Maya. Ghea rasanya sudah tak memiliki satupun alasan untuk tetap berada di sana tapi selain di rumah itu Ghea benar-benar tak memiliki tempat untuk melarikan diri.

Ke rumah Trisha? Tentu itu bukanlah pilihan yang baik karena Ghea sendiri sadar bagaimana sulitnya Trisha untuk meminta izin pulang terlambat dan akan lebih sulit lagi jika ia meminta untuk mengajak teman menginap. Ghea tak ingin menyulitkan Trisha.

Olivia? Sepertinya Ghea tak pernah kepikiran untuk menginap di rumah tersebut. Olivia selalu saja melarangnya entah dengan alasan akan ada pertemuan kolega perusahaan ayahnya atau akan diadakan acara arisan ibunya di rumah. Selalu saja seperti itu alasan Olivia, Ghea sampai hapal.

Setelah bus yang ia tumpangi berhenti di halte samping sekolah, Ghea bergegas turun.

Sudah dua hari ia datang lebih awal namun hari ini ia tak bisa melakukannya karena kendala yang tak ia duga. Ghea sendiri sudah begitu akrab dengan perubahan yang terjadi seperti ini, apapun itu tentu saja Dilla yang akan diutamakan. Ghea juga sadar diri jika dibanding dengan Dilla ia tentu bukanlah apa-apa, hanya seorang anak yang selalu membuat masalah. Sampai saat ini Ghea tak tahu apa keistimewaan yang ia miliki karena semuanya jelas-jelas sudah tertutup karena kesempurnaan adiknya.

Sekolah sudah mulai ramai, Ghea memelankan langkah. Jujur kakinya terasa panas dan keram karena berdiri sepanjang jalan di bus, Ghea memberikan tempat duduknya pada seorang ibu hamil yang tak kebagian kursi. Meski dalam kesulitan, bagi Ghea itu bukanlah alasan untuk berhenti membantu orang lain.

"Omaygat! Queen? Ini beneran lo? Nggak nyangka pagi yang indah ini gue liat lo turun dari kereta kuda," ejek Olivia merangkulnya dari belakang.

"Gue lagi nggak mood becanda."

Ghea meneruskan langkahnya sembari menepis tangan Olivia, entah mengapa setiap bertemu Olivia ia merasa energinya terkuras. Tiba-tiba saja ia tak bersemangat melakukan apapun dan itu terjadi setiap hari. Ia lelah dengan pertengkaran tapi apa ada alasan untuk perpisahan? Persahabatan mereka terlalu sempurna, bahkan banyak siswi di SMA Bina Bangsa ini yang ingin masuk dalam Trio Happy kiyowo.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang