Menyerah? Ah sepertinya kata tersebut tak ada di kamus Ghea. Hari ini ia kembali mengusik kehidupan seorang Daffa demi menyelesaikan misinya.
Pagi ini Ghea datang ketika mentari belum sepenuhnya terjaga, samar-samar jalanan terlihat dan suasana masih begitu asri membuat Ghea bisa menghirup udara bersih pagi ini. Ghea memiliki misi untuk datang lebih awal dan kembali membujuk Daffa agar mau memberinya les tambahan karena jujur saja Ghea sangat yakin Daffa bisa mengajarinya dengan baik.
Ghea menjadi orang pertama yang membuka pintu kelas, ia meletakkan tas di meja lalu mulai menulis di papan tulis. Mengisi papan tulis kosong dengan berbagai permintaan yang ia tujukan pada Daffa.
Setelah selesai, Ghea berdiri di dapan kelas dan memandangi hasil kerjanya. Ghea menepuk tangannya kemudian berbangga menepuk dada kirinya sembari menyungingkan senyum.
Seperti yang Ghea duga, Daffa pasti akan datang lebih awal seperti yang biasa lelaki itu lakukan.
Tentu melihat Ghea yang sudah berdiri di depan kelas membuat Daffa curiga.
"Welcome, Daff!" sapa Ghea.
Daffa menaikkan alisnya tak membalas sapaan Ghea. Daffa kira hari ini akan sama tidak menyenangkan seperti kemarin saat Ghea mengejarnya bahkan semalam pun sama. Sepertinya otak Ghea beberapa waktu lalu terbentur benda keras sehingga sedikit terganggu.
"Ngapain lo?"
Ghea berjalan mendekat kemudian menangkupkan kedua tangannya memohon pada Daffa.
"Please, Daff. Gue butuh bantuan lo, please jadi guru private gue ya?" mohon Ghea melembutkan suaranya.
"Nggak."
Singkat saja, Daffa tak ingin Ghea masuk terlalu jauh dalam kehidupannya. Bukan hanya Ghea, siapapun itu tak ia terima untuk mengenalnya terlalu jauh. Daffa cukup bahagia dengan kesunyiannya selama ini, ia tak berharap ada seseorang yang menemaninya menikmati hening.
"Please, Daff. Lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue, Daff."
"Kalau gue nggak mau, lo bisa apa?" tantang Daffa risih.
Yang benar saja, Ghea memintanya menjadi guru private. Tentu Daffa akan menolak mentah-mentah permintaan tersebut, akan ada banyak hal yang bisa Daffa kerjakan daripada mengajari Ghea yang selama ini selalu main-main di kelas.
"Just wait and see! Lo bakal bantuin gue, Daff!"
Senyum membentuk sebuah seringai kecil di wajah Ghea membuat Daffa merasa geli, Ghea memang cantik dan ia akui hal itu tapi Daffa juga tak berniat terlibat terlalu jauh dengan Ghea apalagi ia tahu Queen sekolah ini sudah memiliki seorang pawang yakni Barra Aldelardo.
"Kasitau gue kenapa gue harus ngajarin lo?" tanya Daffa menatap Ghea tajam.
Keberanian Ghea sedikit menciut tapi ia tak akan menyerah begitu saja, ia menegakkan kepalanya kemudian menatap Daffa serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...