BAB 34 SELALU SALAH

155 63 9
                                    

Trisha menjatuhkan sapu yang ia pegang mendengar suara tegas tepat di belakang tubuhnya, seketika suasana berubah hening, tubuh Trisha meremang dan jujur ia takut untuk berbalik melihat sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trisha menjatuhkan sapu yang ia pegang mendengar suara tegas tepat di belakang tubuhnya, seketika suasana berubah hening, tubuh Trisha meremang dan jujur ia takut untuk berbalik melihat sumber suara.

Suara langkah semakin mendekat kemudian tanpa berbicara apapun lelaki berbadan kekar itu mengambil map yang tadi tak sengaja Trisha baca kemudian berlalu begitu saja.

Trisha mengembuskan napas lega, ia kira lebam di wajahnya akan bertambah ketika suara itu terdengar. Trisha bukannya takut luka ia malah lebih takut menerima kecewa karena perlakuan ayahnya sendiri yang tak masuk akal, tak pantas seorang ayah membuat tubuh anaknya membiru seperti ini.

Berbeda dengan Trisha yang tak masuk sekolah, keadaan kelas USA tak berubah masih gaduh seperti biasanya apalagi setelah mendengar bahwa hasil try out sudah terpampang di papan pengumuman tentu membuat kelas mereka semakin gaduh.

"Queen, si Trisha kok nggak masuk?" tanya Olivia tak berminat mengerubuni papan pengumuman.

Jelas saja Olivia tak berminat melihat nama-nama yang terpajang dan menemukan namanya di deretan paling akhir bukanlah hal yang menyenangkan.

Ghea hanya menggeleng kemudian mengangkat bahunya, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ternyata memang tak ia dapati Trisha dimana-mana.

"Dia nggak chat lo?" Ghea mendudukkan bokongnya di meja.

Jujur saja ia juga malas berdesak-desakan untuk melihat hasil try out yang nanti bisa mematahkan semangatnya karena seperti biasa usaha keras belum tentu mendapat hasil memuaskan.

Kali ini Olivia yang menggeleng, sama dengan Ghea ia tak mendapat kabar apapun dari Trisha. Sebenarnya ini sudah biasa terjadi, Trisha terlalu mandiri dan tak mudah berbagi cerita hingga mereka seringkali salah paham atas yang terjadi pada teman mereka. Entah mereka yang belum bisa menjadi pendengar yang baik atau memang Trisha yang terlalu tertutup dan tak ingin berbagi keluh.

Dari arah pintu masuk Barra dengan wajah mengeras dan urat-urat di lehernya sudah begitu tegang. Melihat dari ekspresi wajah bisa ditebak bahwa lelaki itu sedang marah dan siap melampiaskan amarahnya.

Brak! Suara pukulan meja membuat Olivia dan Ghea terperanjat kaget.

"Ngagetin aja lo!" protes Olivia memegang dadanya yang masih berdebar cepat karena terkejut.

Ghea yang tadinya duduk di meja langsung berdiri saking kagetnya dengan ulah Barra.

"Lo kenapa si?" tanya Ghea menetralkan detak jantungnya.

Kini dua pasang mata tajam itu beralih pada Ghea dan Olivia, langkah Barra membuat keduanya sadar posisi mereka tak aman.

"Mana Trisha?" tanya Barra dengan nada rendah.

Olivia mengangkat tubuhnya kemudian berjalan mendekat sementara Ghea mengerutkan dahi masih berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Lo apa-apaan sih, gausah nyari gara-gara!" marah Olivia.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang