Matahari sudah beranjak turun bersembunyi di balik hamparan lautan luas, seorang lelaki baru saja memasuki gerbang besar menggunakan mobil mewahnya. Indra mengembuskan napas dalam-dalam sebelum akhirnya memilih keluar dari mobil, di depan kamera terlalu bahagia ternyata melelahkan juga.
Indra mengenakan setelan hitam rapih lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Tatapan itu beralih pada mobil dominan warna merah muda di sampingnya, dalam hati ia berkata bahwa putrinya telah berada di rumah.
Belum sempat Indra melangkah menjauh tatapannya langsung terkunci pada bercak merah di bagian depan mobil, matanya membulat melihat baret yang ada di sana.
Indra berjalan mendekat, perlahan tangannya meraih noda tersebut ternyata sudah mengering.
"Oliv!" panggilnya seraya berjalan memasuki rumah.
Di dalam kamar, Olivia menekan dadanya yang berdegup cepat. Apa yang membuat ayahnya memanggil sekencang itu, apakah ia sudah tau apa yang terjadi? Perlahan Olivia mulai menggigit kukunya untuk menghilangkan cemas, matanya tertuju pada pintu yang saat ini digedor dari depan.
"Keluar, papa mau bicara."
Suara yang biasanya terdengar pelan itu sekarang bagi Olivia sudah seperti menggunakan pengeras suara sampai terdengar nyaring di telinganya.
"Kamu nabrak siapa?"
Deg!
Jantung Olivia yang memang sudah berdegup cepat semakin tak karuan mendengar ucapan ayahnya. Sial! Ternyata ia tak pandai menyembunyikan jejak, semudah itu ayahnya menebak.
Dengan kepala tertunduk Olivia membuka pintu menghasilkan derit panjang sebelum akhirnya terbuka lebar.
"Bilang sama papa, kamu nabrak apa?!"
Tangan Olivia mulai gemetar, tatapannya jatuh pada lantai putih tepat di ujung kakinya. Mata Olivia memanas, ia tak bisa menahan bendungan yang jatuh basah di wajahnya.
"Jawab!" desak Indra frustasi.
Jika hanya diam, siapa yang akan mengerti? Hal yang paling Indra tak suka dari perempuan adalah diamnya. Bagaimana tidak, dengan diam akan ada banyak jawaban di baliknya. Entah, ya ataupun tidak.
Belum sempat Olivia menjawab, suara bantinnya pintu dari depan rumah membuatnya terlonjak kaget. Seorang wanita dengan tatapan tajam itu melempar tas jinjing yang ia bawa ke sofa kemudian berjalan menghampiri Olivia dan Indra.
"Sekali-kali bisa nggak kamu ini nggak buat masalah?" bentaknya.
"Ada apa?" tanya Indra.
Diandra menarik lengan Olivia dengan kuat mungkin tanpa ia sadari cengkeraman itu akan berbekas di kulit Olivia karena saking kuatnya.
"Sakit, Ma." Suara lirih itu samasekali tak membuat Diandra merasa kasihan.
"Gara-gara kamu klien mama pada pergi, kamu nabrak orang kan? Beritanya sudah tersebar, agh! Semua gara-gara kamu! Seharusnya kamu itu bisa dengerin apa kata mama, bisa nggak kamu sekali-kali jadi anak penurut? Jika saja kamu tidak kebut-kebutan di jalan pasti nggak akan seperti ini kejadiannya. Kamu kira membangun kepercayaan klien itu mudah?" tanya Diandra semakin mencengkeram kuat lengan Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...