BAB 26 PUTUS

152 60 6
                                    

Riuh menyambut semester sibuk tak menggema di hati seorang gadis yang duduk memainkan ponsel di sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riuh menyambut semester sibuk tak menggema di hati seorang gadis yang duduk memainkan ponsel di sudut ruangan. Entah apa yang salah, apa suasana kelas, apa moodnya atau hatinya.

Gadis itu merasa ada sesuatu yang salah di sini, ia melihat sekeliling tapi tak ada yang salah semua tampak begitu normal. Riuh karena sudah akan disibukkan les, ujian sekolah, ujian nasional, try out dan lainnya tentu membuat mereka terpaksa harus siap meski sebenarnya tidak.

Ghea masih mencari titik yang salah di sini sampai ia sadar ada seseorang yang tak turut dalam keriuhan ini. Daffa. Kemana lelaki itu? Bagaimana bisa di hari pertama semester sibuk ini lelaki itu malah tak masuk sekolah.

Setelah Daffa mengungkapkan perasaan sewaktu itu mereka tak pernah bertemu lagi bahkan Daffa juga tak membalas satupun pesan Ghea. Apa Daffa marah padanya? Apa Ghea harus menemuinya? Sejenak Ghea berpikir sebenarnya perasaan orang lain itu bukan tanggungjawabnya tapi entah mengapa ada yang berbeda dari Daffa yang menbuat Ghea mau tak mau memasukkan lelaki itu dalam list yang harus ia pikirkan.

Barra duduk di meja tersenyum memandang pada Ghea, tentu saja hal itu memancing keriuhan para jombloan dan jomblowati di kelas.

"Cie cie!" heboh mereka serentak.

"Sibuk banget," ujar Barra merebut ponsel Ghea.

Ingin rasanya Ghea protes tapi pada akhirnya ia urungkan, sepertinya ia memang harus lebih banyak diam dengan sifat overprotektif yang pacarnya miliki.

"Ngapain lo spam dia sampai segitunya?" kesal Barra menarik tangan Ghea keluar dari kelas.

Sampai saat ini Barra belum bisa percaya sepenuhnya dengan Ghea semua itu bukan hanya karena ia tahu sakitnya diselingkuhi tapi ia sadar bahwa secinta apapun kita belum tentu akan membuat dia mencintai balik dengan cara yang sama. Selingkuh itu bisa terjadi kapanpun dan melihat dari gelagat Ghea tentu tak bisa membuat Barra percaya padanya.

Semakin hari ada-ada saja hal yang Ghea lakukan untuk memperkuat spekulasi Barra bahwa Ghea sudah membuka kesempatan untuk membiarkan orang ketiga masuk dalam hubungan mereka.

"Suka lo?!" sinis Barra.

Ghea memutar bola matanya kemudian hendak meninggalkan Barra, bagaimana ia bisa merasa nyaman jika Barra selalu menekannya akan hal yang tak ia lakukan. Semakin dicurigai maka akan semakin berkurang rasa respect yang ia punya.

"Ghe, kalau lo bosan bilang. Kalau lo emang udah ga ada hati ke gue bilang, gausah pake cara menjijikan kayak gini! Udah berapa lama?"

Ghea menghentikan langkahnya kemudian berbalik, ia benar-benar tak menyangka akan apa yang Barra baru saja ucap seolah bahwa Ghea telah melakukan kecurangan di belakangnya. Sebenarnya apa yang membuat Barra begitu takut padahal Ghea sangat mencintainya?

"Lo ngomong apa sih!"

Barra melangkah mendekat kemudian berkata, "Udah berapa lama lo sama dia?"

"Gila lo ya!" kesal Ghea. "Seharusnya lo bisa gunain pikiran dengan lebih baik nggak dengan cara mojokin gue terus seolah gue itu perempuan yang suka selingkuh. Gue capek atas ketidakpercayaan lo!"

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang