Keragu-raguan adalah umpama pemilihan warna tidak hitam tidak juga putih, warna tak pekat penuh misteri. Abu-abu. Terlalu kasar mengatakan bahwa hal itu merupakan kejujuran mengenai ketidakmampuan dalam memilih jalan hidup sendiri.
Mungkin tak perlu dijelaskan, dari perhatian yang Trisha berikan bisa ditebak seperti apa perasaannya pada Daffa. Setiap hari mengunjungi lelaki itu tanpa sekalipun keluh keluar dari mulutnya adalah jawaban betapa hatinya tertaut pada lelaki teduh yang menganggapnya sahabat bahkan bisa dikatakan seperti adik bagi Daffa.
Trisha sadar ia memang bukan orang yang patut diberi cinta, mungkin kehadirannya hanya sebagai pelengkap mahkluk bumi dalam catatan Tuhan.
Trisha tahu lelaki yang selalu berusaha memberikan kenyamanan baginya itu memiliki rasa lebih terhadap Ghea, lagipula siapa yang tak akan jatuh pada pesona gadis cantik seperti Ghea? Trisha cukup sadar untuk tak membandingkan dirinya pada Ghea karena tahu ia benar-benar tertinggal jauh.
"Mau ngomong apa, Sha?" tanya Ghea ketika sudah sampai di bawah pohon rindang.
Sementara di ujung taman Barra menatap mereka penuh kecurigaan, ah jangan lupakan sifat overprotektif yang pacar Ghea miliki. Tindakan Trisha yang amat sangat mencurigakan bagi Barra tentu tak akan ia biarkan lepas dari pengawasannya.
Mungkin kalian sudah tahu bagaimana Barra melihat Trisha, lelaki itu tak kunjung melunak meski Ghea sudah seringkali mengatakan bahwa kesalahan ibu Trisha tak pantas Barra limpahkan pada Trisha. Sesungguhnya posisi mereka sama saja, sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua.
Trisha memandang Ghea dengan mata sayunya, lebam di wajah sepertinya hari ini bertambah satu di pelipisnya. Ghea tak tahu harus bagaimana menyikapi luka-luka di tubuh Trisha hingga pada akhirnya memilih diam saja.
"Tegas sama perasaan lo, jangan buat Daffa berharap kalau sebenarnya di hati lo cuma ada Barra."
Trisha bukan tipikal orang yang suka mencampuri kehidupan orang lain namun jika ia sudah melakukannya berarti orang tersebut sangat berharga baginya.
"Maksud lo?"
"Gue tau lo pasti ngerti," tutup Trisha kemudian meninggalkan Ghea.
Tak ada niat langkah saling mengejar, perempuan itu terdiam dengan banyak narasi di kepala. Apakah benar ia sudah memberi harapan semu pada Daffa? Ghea memang menyayangi lelaki itu tapi ia juga mencintai Barra. Bagaimana bisa ia menjelaskan situasi rumit seperti ini?
"Hey," sapa Barra menepuk punggung Ghea kemudian merangkul perempuan itu membuatnya tersadar dari lamunan.
"Ngomongin apa tu cewek?" tanya Barra tak ingin menyebut nama Trisha.
Ghea menoleh, bibirnya bungkam tak ada kalimat yang tepat untuk menjelaskan apa yang tadi mereka perbincangkan. Jika diam akan menjadi penenang maka Ghea akan memilih diam daripada kembali meributkan hal sepele dengan Barra.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...