BAB 20 GETIR

137 75 7
                                    

Ghea tak bisa berhenti untuk melihat punggung Daffa yang duduk di hadapannya, berdasarkan urutan absen membuat mereka duduk berdekatan hanya saja Ghea cuma bisa melihat punggung Daffa yang sibuk mengerjakan soal-soal ujian tanpa bisa mengajaknya b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghea tak bisa berhenti untuk melihat punggung Daffa yang duduk di hadapannya, berdasarkan urutan absen membuat mereka duduk berdekatan hanya saja Ghea cuma bisa melihat punggung Daffa yang sibuk mengerjakan soal-soal ujian tanpa bisa mengajaknya berbicara.

Ia tak tahu kesalahannya apa tapi ucapan Daffa benar-benar membuat Ghea tak bisa fokus. Seminggu lelaki itu hilang lalu tiba-tiba meminta Ghea untuk tak mengganggunya, Ghea tak habis pikir bagaimana sebenarnya jalan pikiran Daffa. Sudah berapa bulan ia dekat dengan lelaki itu tapi sampai saat ini ia tak mengerti terhadap tindakan-tindakan Daffa yang tak bisa ditebak. Sehari baik namun bisa jadi keesokannya berubah dingin kembali.

"Waktu tinggal sepuluh menit yang sudah selesai bisa keluar," ujar Bu Deti selaku pengawas ujian hari ini.

Soal-soal yang tak bisa dianggap sepele itu membuat kepala Ghea berdenging, melihat Daffa yang sangat berbeda pun turut menjadi salah-satu faktor lain yang membuat Ghea pusing.

Di barisan lain, Barra sibuk menyalin jawaban sukarela dari teman-teman kelas. Siswa famous sepertinya tentu tak akan kesulitan untuk mendapat jawaban apalagi dari cewek-cewek yang menjadi fansnya di lapangan, sekali kirim chat maka seluruh jawaban sudah di genggaman.

Barra terlalu pandai dalam hal menyontek dan ia juga tak perlu bersusah payah belajar karena bisa dipastikan jawaban yang ia dapat cukup akurat. Barra mengirim jawaban tersebut kepada Ghea namun ternyata gadis itu mengumpulkan ponselnya kepada pengawas, hari ini Ghea benar-benar akan berusaha dengan kemampuannya sendiri.

Sebelum waktu habis Daffa sudah berdiri lebih dulu kemudian pamit kepada Bu Deti karena telah menuntaskan ujiannya.

"Kamu ke ruang kepala sekolah, sudah seminggu tak masuk."

Tanpa bantahan Daffa mengangguk lalu berjalan keluar kelas mengikuti instruksi Bu Deti.

Sepasang mata menatap bingung, andai saja Daffa tahu seberapa cemasnya Ghea karena lelaki itu menghilang selama seminggu.

"Lo kenapa Daff."

***

Ghea berharap ia bisa berbincang sejenak dengan Daffa membicarakan semuanya, Ghea tahu pasti ada yang tak beres membuat lelaki itu seketika menjauhinya. Sebelum Barra mengajaknya pulang, Ghea harus segera menemui Daffa.

"Daff tunggu!" panggil Ghea.

Lorong sekolah masih cukup sepi dikarenakan masih banyak yang belum keluar dari kelas, ujian kedua hari ini masih tersisa lima belas menit. Ghea sengaja mempercepat mengerjakan soal agar bisa berbicara dengan Daffa meski ia sendiri merasa sangat rugi, dikerjakan dengan baik saja belum tentu benar apalagi ketika ia terburu-buru.

"Apa kurang jelas omongan gue?" tanya Daffa tanpa menoleh.

"Lo sebenernya kenapa Daff, seminggu lo ilang tanpa kabar terus tiba-tiba lo buat gue semakin bingung dengan sikap lo yang kayak gini."

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang