BAB 14 LOST

159 87 6
                                    

Jika saja Ghea bisa meneriakkan isi kepalanya kepada Barra saat ini juga mungkin Ghea tak akan segila ini tidak tidur semalaman dengan tumpukan buku yang jadi pelampiasan hatinya yang berduka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika saja Ghea bisa meneriakkan isi kepalanya kepada Barra saat ini juga mungkin Ghea tak akan segila ini tidak tidur semalaman dengan tumpukan buku yang jadi pelampiasan hatinya yang berduka.

Pesan Barra samasekali tak bisa ia terima, bagaimana bisa lelaki itu dengan begitu mudah mengucapkan kata perpisahan. Apa hubungan mereka selama ini tak ada artinya sehingga jemari Barra begitu ringan dan sampai hati mengirim pesan seperti itu.

Pagi sudah menyambut, mentari di ufuk timur itu mulai menampakkan kilaunya. Ghea sangat kesal melihat cermin karena menyadari sesuatu, ia terlihat sangat menyedihkan. Kantung mata yang sudah ia tutup dengan berbagai cara itu tak juga kunjung tersamarkan, wajah kusamnya sudah cukup tertolong dengan polesan make up namun matanya yang memerah dengan disertai kantung sebagai penghiasnya samasekali tak bisa Ghea samarkan.

Bagaimana tidak, semalaman Ghea memaksakan dirinya untuk terjaga menyuapkan dirinya dengan berbagai materi dan memaksa otaknya paham sementara hatinya tengah berantakan. Dalam satu waktu ia berhasil menyiksa hati dan otaknya secara bersamaan.

"Sial, kasihan banget lo!" geram Ghea melihat pantulan dirinya.

Ghea terperanjat kaget mendengar ketukan di pintu kamarnya yang cukup keras, embusan napas kesal sembari merotasikan kedua bola matanya karena Ghea tahu pasti hari ini ia harus kembali menaiki kendaraan umum.

Siapa lagi yang akan membuat Ghea di anak tirikan di rumah ini? Yups! Dilla hari ini adik paling sempurnanya itu akan mengikuti olimpiade dan tanpa perlu bertanya lagi yang pastinya mobil akan dibawa oleh adiknya hingga mau tak mau Ghea harus berangkat menggunakan bus.

"Ghea hari ini berangkat naik kendaraan umum ya," ujar Maya dari luar pintu.

Ghea kembali menatap cermin setelah berdehem singkat, jujur saja untuk saat ini Ghea sudah tak memiliki minat untuk berbicara apapun pada ayah maupun ibunya. Ghea ingin menciptakan dunianya sendiri yang hanya ada dia di dalamnya tanpa ada perbandingan ataupun paksaan. Mungkin kebahagiaan itu hanya bisa ia dapat melalui imajinasinya tapi hanya itu yang bisa ia lakukan.

Setelah selesai dengan riasannya, Ghea mengambil sweater rajut berwarna hijau dari lemari kemudian memakainya. Sekali lagi ia menatap cermin dan Ghea mengambil tas ranselnya lalu bersiap untuk berangkat.

"Kamu semalem pasti becanda kan, Barr?" tanya Ghea pada dirinya sendiri memaksa untuk yakin bahwa pesan yang semalam ia baca tidak benar.

***
Tak ada yang bisa Ghea lakukan selain berusaha menghubungi Barra, Ghea merasa tak berdaya apakah setelah ini Barra benar-benar akan meninggalkannya?

Dipatahkan oleh keluarga sudah biasa Ghea rasakan tapi dipatahkan oleh Barra, lelaki yang selalu menjadi penyemangatnya tentu tak akan bisa Ghea terima.

Dipatahkan oleh keluarga sudah biasa Ghea rasakan tapi dipatahkan oleh Barra, lelaki yang selalu menjadi penyemangatnya tentu tak akan bisa Ghea terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang