Ada kata yang lebih pantas dibandingkan kata penyesalan untuk seseorang yang sempat diminta bantuan namun dengan begitu mudah mengatakan tak bisa, itulah yang saat ini dirasakan perempuan dengan rambut dicepol berantakan itu. Ghea terduduk lemas di samping blankar kamar mayat dengan seorang terbujur diselimuti kain putih. Seseorang yang tak pernah ia kira akan hilang sukmanya di malam gelap sebagai pemeluknya.
Jika kalian kira hanya Ghea yang menyesal hebat, kalian salah besar. Perempuan yang memeluk Trisha sembari mengguncang tubuh itu pun tak kalah menyesal atas ucapannya.
Trisha sudah pergi. Mereka sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk membantu Trisha di saat terakhirnya. Sekarang yang ada hanya penyesalan, penyesalan yang tak berarti apa-apa karena tak akan mampu mengembalikan Trisha di sisi mereka.
Di sudut ruangan Dito meremas rambutnya sangat kuat, ia tahu ia yang paling berperan dalam kejadian ini. Bisa dikatakan bahwa ia penyebab yang menjadi pendorong Trisha mengakhiri hidupnya dengan cara paling tragis.
"Trisha lo harus bangun!" bentak Olivia tak terima.
Wajah dipenuhi lebam, tubuh yang tak kalah rusak dengan banyak luka-luka sebagai umpama catatan menyakitkan hidup Trisha.
Mira sudah tak kuat melihat tubuh anaknya yang dipenuhi luka-luka sampai akhirnya hilang kesadaran. Handi tentu tak akan meninggalkan pujaannya dan memilih untuk menemani Mira di dalam ruang perawatan.
"Maaf, Sha." Dua kata dengan sejuta makna.
Ghea kehilangan semua kata-kata, ia hanya bisa terduduk lemas meminta keajaiban. Sayangnya, ia tahu keajaiban itu sangat mustahil ia dapatkan. Faktanya, Trisha telah pergi dan tak ada yang bisa menyangkal hal tersebut.
"Permisi, atas nama bapak Dito ikut kami ke kantor," ujar salah seorang polisi menunjukkan surat tugasnya.
Tak sedikitpun ada perlawanan dari lelaki bertubuh jangkung itu, barangkali ia sudah pasrah dan sadar akan kesalahannya hingga tak perlu buang-buang energi untuk mengelak.
Setelah itu ruangan kembali diisi suara isak dari dua sahabat yang kehilangan.
Mungkin tiga puluh menit berlalu, ruang penuh tangis itu kembali kedatangan Mira dengan ditemani sosok lelaki bertubuh tinggi mengenakan kemeja dilipat hingga siku membawa beberapa perawat untuk memindahkan tubuh Trisha ke ambulan dan dibawa pulang. Perempuan yang sempat hilang kesadarannya itu sudah kembali sadar, kejadian yang ia kira mimpi ternyata adalah nyata.
***
Hari paling kelabu dalam hidup mereka yang sekarang sadar bagaimana rasanya ditinggalkan. Seseorang yang kita abaikan bisa jadi adalah orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan kita baik dari segi dukungan emosional maupun sebagai support system ketika terperosok dalam lumpur menyakitkan dalam kehidupan.
Daffa dengan kursi roda didorong menuju pusara tempat di mana seorang gadis bermata sayu yang selalu menemaninya melawan rasa sakit telah dikebumikan. Jangan kira lelaki dingin dan cuek seperti Daffa tak mampu mengeluarkan air mata karena nyatanya sebelum ia tiba pada gundukan tanah matanya telah mengalir deras air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...