Waktu kembali pada saat Daffa baru saja tiba di rumah setelah mengantar Ghea dari panti. Hari ini ia sangat bahagia meski ada kejadian tak mengenakan yang terjadi bahkan karena hal itu membuat darah di hidung Daffa sampai kini masih mengalir.
Daffa menyumpal hidungnya dengan tissue, tatapan tertuju pada gitar yang bersandar di kasurnya. Ia teringat sewaktu Ghea belajar di rumah dan sangat tertarik dengan gitar itu, tiba-tiba saja bibir Daffa tertarik membentuk garis senyum. Entah mengapa dengan mengingat namanya saja membuat Daffa merasa senang, apa benar ia sudah jatuh cinta?
Wajahnya sedikit membiru karena pukulan Barra, mungkin saat Daffa berada di posisi Barra ia juga akan sangat marah ketika tahu bahwa pacarnya seharian tak bisa dihubungi dan ternyata pergi bersama orang lain. Daffa tak akan menyalahkan Barra hal itulah yang membuatnya samasekali tak memberikan perlawanan ketika Barra menghantam wajahnya dengan pukulan keras.
Daffa menarik beberapa lembar tissue lagi untuk menyumpal hidungnya kemudian membuang ke tong sampah tissue yang sudah kotor oleh noda berwarna merah.
Semakin mengenal lebih dalam membuat Daffa semakin takut terlibat perasaan yang semakin jauh dan tentu saja ia sadar bahwa untuk bersama itu adalah kemustahilan yang tak akan pernah terwujud.
Kesehatannya kian memburuk bahkan bukan hanya hidungnya yang seringkali mimisan tak kenal tempat, penglihatannya sudah mulai memburam dan terkadang telinganya juga berdengung ditambah kali sewaktu-waktu tangannya bisa mati rasa secara tiba-tiba.
Di sisa waktu yang tak banyak lagi ini Daffa ingin meninggalkan kenangan indah untuk ibunya, memberikan penghargaan atas kebaikan ibunya dengan cara mendapat nilai bagus dan selalu membuat ibunya bangga.
Setelah waktunya tiba, Daffa akan pergi dengan senyuman meninggalkan torehan prestasi yang akan menjadi hadiah terindah untuk ibunya. Tapi akhir-akhir ini selain ibunya ada satu sosok lagi yang mulai mengacaukan misi Daffa, sosok yang memaksa masuk dalam kisahnya yang sudah hampir berakhir ini dan sosok itu sadar tak sadar memberikan berbagai warna indah untuk Daffa. Sayang, Daffa tak bisa membiarkan hatinya berkhianat. Ia tak ingin jatuh cinta tapi bodohnya ia malah benar-benar tenggelam dalam cinta.
Sosok manis itu tak berhenti membuat Daffa memikirkannya, memikirkan bagaimana ia tersenyum ketika berada di kerumunan anak-anak panti, memikirkan bagaimana ia bisa mengontrol emosi ketika bajunya kotor dengan cairan cat, memikirkan bagaimana cerewetnya dia ketika meminta Daffa untuk mengajarinya.
Ingatan-ingatan itu tiba-tiba saja datang membuat Daffa tanpa sadar senyum-senyum sendiri sembari menahan mimisan di hidungnya.
Dengan satu tangan yang ia sumpalkan ke hidung, lelaki itu mulai bergerak mengambil buku catatannya kemudian menulis dengan tangan satunya.
___---___
Ketika raga sudah hampir menyerah
Lalu bagaimana aku memaksa untuk bertahan?
Awalnya ku kira kau datang untuk mengusik
Namun, belakangan ini aku sadar
"Berisikmu sungguh asik"
Sayangnya, berisikmu itu membuatku lupa
Bahwa sunyi adalah takdirku
Jika sudah seperti ini, apa yang bisa ku lakukan agar hilangku tak menyakitimu?
Ketakutan terbesarku saat ini adalah pergi namun tak bisa kembali
Pergi yang kan membuat semua orang terkejut
Sebelum semua itu terjadi,
Ku harap kau lekas membenciku
Agar tak ada lagi alasan membuatmu mengingatku nanti.
___---___
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...