BAB 49 DI BALIK SEBUAH PAKSAAN

96 14 0
                                    

Bersyukurlah jika di dalam hatimu timbul rasa tak tenang ketika melakukan sebuah kesalahan karena tak semua orang mendapatkan nikmat tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersyukurlah jika di dalam hatimu timbul rasa tak tenang ketika melakukan sebuah kesalahan karena tak semua orang mendapatkan nikmat tersebut. Terkadang sebagian orang akan bersikap seolah tak terjadi apa-apa padahal ia telah melakukan kesalahan besar, mengakui dan meminta maaf bukanlah perkara mudah karena ada ego dan gengsi di dalamnya.

Mungkin Olivia terlalu malu untuk mendatangi rumah seseorang yang telah ia hilangkan kesempatan hidup lebih lama, ia takut bertemu mereka karena ia tahu tak akan mudah bagi mereka memaafkannya atau bahkan Olivia tak akan mendapat maaf dari mereka.

Hari ini setelah mengumpulkan keberanian, Olivia melangkah pada pijakan tanah dengan banyak batu yang masing-masing memiliki nama. Ia biarkan sunyi yang menemaninya, membiarkan langit biru menjadi saksi bahwa penyesalan telah penuh di lubuk hati. Mungkin sebuah kata maaf tak akan berarti apa-apa, tidak juga mampu mengembalikan keadaan tapi Olivia tetap melangkah.

Tanah yang masih merah dengan bunga segar di atasnya itu membuat langkah Olivia terhenti.

Bukan Trisha, bukan Trisha yang menjadi pemilik rumah itu melainkan seseorang yang akan menjadi titik sesal terbesar dalam hidup Olivia setelah penolakannya terhadap Trisha. Saat ini Olivia tengah berada di sebuah pemakaman yang diketahui merupakan makam korban tabrakan malam itu.

Susah payah ia menelan ludah, menatap penuh sesal serta tangan yang sudah basah keringat. Perlahan ia berjongkok meletakkan bunga yang sempat ia beli di depan pemakaman sampai tiba jua air mata mengalir basah.

"Saya benar-benar minta maaf," ujarnya menutup mulutnya erat untuk menahan suara tangis.

"Saya benar-benar minta maaf," ujarnya untuk yang kedua kalinya.

Olivia sudah tak tahan lagi, tubuhnya mulai gemetar bahkan tangan yang ia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri sudah bergetar hebat. Belum sempat ia taburkan bunga napasnya tersengal sesak lalu Olivia memilih berlari sekencang mungkin dari tempat tersebut meski belum sempat ia taburkan bunga.

"Saya benar-benar minta maaf," lirihnya lagi bahkan hampir menginjak makam lain karena terburu-buru lari.

***

Baiklah orang berkata kita akan lebih tergerak melakukan sesuatu jika kita mendapat rasa sakit yang berusaha kita obati dengan mencapai tujuan. Namun, Ghea yang merasakan sakit karena kata-kata ibunya bahkan telah diberikan segudang motivasi oleh Daffa masih juga dipatahkan semangatnya oleh keadaan. Ia bingung akan memulai dari mana, ternyata semangatnya ketika menghadapi ujian nasional lebih menggebu-gebu daripada semangat untuk SBMPTN.

Ghea sadar hal ini sangatlah salah, tak seharusnya ia bermalas-malasan karena jika gagal maka ia akan mendapat seribu kali rasa sakit dibandingkan ketika ia diminta untuk berjuang.

Hari ini Maya akan menghadiri acara keluarga yang Ghea sendiri bingung mengapa ibunya tak pernah mengajak ia ataupun Dilla untuk turut hadir padahal jika saja diajak sepertinya akan menyenangkan bertemu dengan keluarga di sana. Bahkan hingga kini tak satupun sepupu yang akrab dan berhubungan baik dengannya, cukup mengherankan mengapa di keluarga orang lain sepupu itu bisa menjadi sahabat atau malah menjadi orang yang paling dekat sedangkan di keluarganya tidak.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang