BAB 42 ISYARAT SEPI

144 38 51
                                    

Kesalahan kecil yang kita lakukan dapat berakibat fatal sampai menjadi sumber penyesalan yang takkan hilang dari ingatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesalahan kecil yang kita lakukan dapat berakibat fatal sampai menjadi sumber penyesalan yang takkan hilang dari ingatan.

Tatapan Olivia berkabut, semua kata-kata sudah lebur dalam telinganya yang ia dengar hanya repetisi kata yang mengatakan bahwa seseorang telah melepas raganya di dunia dan poin paling menyakitkan adalah bahwa Olivia merupakan penyebabnya.

Diandra terduduk lemas dengan ponsel tergeletak masih mengeluarkan suara, tatapannya lurus ke depan kemudian mengerjap cepat.

Segera ia mengambil kembali ponsel tersebut lalu berkata, "Urus semuanya saya akan berikan berapapun asal berita ini tak sampai ke media."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Diandra langsung mematikan ponsel. Tarikan napas panjang untuk mengisi kekosongan di paru-parunya merupakan pertanda bahwa ini masalah yang sangat serius apalagi bisa saja akan menjatuhkan keluarganya.

"Kita harus ke rumahnya, Ma."

Suara yang berasal dari belakang tubuh Diandra membuat perempuan itu langsung berbalik, tatapan kesal tak bisa ia sembunyikan. Diandra menggenggam kuat tangannya dengan tatapan kesal bercampur kecewa.

"Lebih baik kamu diam, biar mama urus semuanya. Mama kecewa sama kamu!" sembur Diandra.

Ketika kita susah payah menahan emosi yang bergejolak dan tiba-tiba sang pembuat masalah berdiri di hadapan kita tentu hal itu akan semakin memperbesar api kemarahan.

Olivia tertunduk, ia benci menangis apalagi menangis di hadapan ibunya namun untuk perkara kali ini sepertinya Olivia akan mengecualikannya. Olivia menangis, tangis dengan ketakutan sampai membuatnya sesak.

"Maafin Oliv, Ma."

***

Apakah kalian tahu bagaimana rasanya berada di titik terendah dalam hidup? Titik dimana kita tak memiliki harapan untuk bangkit, mata digelapkan oleh masalah sampai tak mampu menembus pandangan masa depan yang bisa jadi begitu bahagia.

Ketika kita sadar ternyata kita dilahirkan atas dasar kesalahan, apakah di saat itulah kita harus menyerah? Gadis bermata sayu itu tak mampu menahan derai bening dari matanya.

Ingatan tak mampu teralihkan pada situasi yang berlalu beberapa saat sebelum ia berada di sebuah gedung tinggi yang merupakan gedung saksi bagaimana kekayaan mampu menghancurkan segalanya. Gedung perusahaan Handi—ayah Barra.

Trisha menatap langit yang sudah menggelap dengan awan hitam sebagai aksesoris pelengkapnya. Terbayang akan semua ucapan yang terkunci dalam pikiran membuat Trisha kembali melegakan sesak dengan sebuah isak.

Dengan tangan gemetarnya ia mencoba menekan tombol layar datar menjadi sebuah panggilan. Getaran di ponsel beradu dengan getaran yang berasal dari tangan, Trisha menggigit bibirnya yang terus-menerus meneriakkan sesak agar tertahan suaranya.

"Hallo? Kenapa, Sha?" tanya seseorang di sebrang sana.

Trisha menatap langit mencoba menenangkan suara dengan irama pernapasan, ia kembali menurunkan pandangan dan mulai menyahuti suara lembut di ponselnya.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang