Hubungan yang sehat adalah hubungan yang membuat kita bahagia dan bertumbuh bukan hubungan yang membuat kita merasa terikat dan sulit menjadi diri sendiri.
Demi kenyamanan rumah sakit Ghea akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya menjenguk Daffa dan lebih memilih membawa Barra menjauh sebelum pacarnya itu memancing keributan.
"Udah berapakali lo boongin gue?" tanya Barra memojokkan.
Sesuatu yang berawal dari kebohongan memang tak akan berakhir baik, setiap jalan yang kita tempuh jika di dalamnya terdapat penyimpangan pasti kita tak akan mudah mencapai titik bahagia.
Barangkali Ghea merasa tak memiliki pilihan lain selain berbohong karena ia sadar kejujuran hanya akan membuat Barra marah dan tak memberikan solusi apa-apa.
"Sorry, Barr—"
"Gue paling benci permintaan maaf, gue tanya sekali lagi udah berapa kali lo boongin gue?!" sergahnya menatap tajam.
"Barr, gue nggak ngapa-ngapain gue cuma jenguk Daffa loh!" kali ini Ghea tersulut emosi.
Mendengar suara Ghea ikut meninggi membuat Barra tertawa, tawa miris di mana ia merasakan kekecewaan besar atas sikap Ghea yang tak bisa jujur padanya.
"Lo yang salah lo juga yang marah?" sinisnya.
"Maaf—"
"Gue udah bilang kan gue nggak suka dengar kata maaf?" Lagi-lagi Barra bertanya dengan nada sinis.
Ia benci permintaan maaf berulang karena permintaan maaf datang atas dasar kesalahan dan Barra tak suka ketika Ghea gemar melakukan kesalahan.
"Gue salah," putus Ghea akhirnya.
"Lo memang salah!" sahut Barra. "Gue harap ini kesalahan yang terakhir, lo pilih pulang sama gue atau tetap jenguk cowok penyakitan itu?!" tutup Barra kemudian berbalik pergi.
Sejenak Ghea mematung menatap punggung Barra yang mulai menjauh, berada di persimpangan dilema antara dua hati yang mulai kebingungan memilih pelabuhan. Ghea mungkin mencintai Barra tapi sikap Barra membuat Ghea berpikir dua kali apakah mencintai Barra itu pilihan yang tepat? Ia akan mencaritahu jawabannya.
Sebelum ia mendapat jawaban tersebut lebih baik ia mengikuti keinginan Barra, akhirnya Ghea menyusul lelaki yang sudah mengenakan helm hitam kesayangannya.
***
Mata yang tadinya menyipit kini membulat sempurna disertai seluruh tubuh mulai gemetar ketakutan menatap sosok yang berdiri tepat di hadapannya.
Sedetik berikutnya Olivia berteriak kencang sampai ia tersadar bahwa yang ia lihat hanyalah mimpi.
"AAAA TOTOLLONG JANGAAN GAGANGGU SASAYA!" teriaknya.
Dada Olivia naik turun dengan ritme pernapasan yang tak beraturan, siapa juga yang tak akan berteriak ketakutan ketika melihat sosok berpakaian serba putih dengan mata melotot merah apalagi wajah itu sangat mengerikan ditambah noda darah yang membasahi sekujur tubuhnya. Bisa-bisa pingsan melihat penampakan mengerikan seperti yang ada di mimpi Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...