Ada yang riuh dalam heningnya pagi, ada pula yang sunyi dalam riuhnya tawa. Orang-orang memiliki cara berbeda dalam melewati masa sulitnya, ada yang terlihat ada juga yang tak samasekali.
Langit mendung pagi ini seolah menyadarkan Ghea akan perasaannya yang tidak baik-baik saja. Menjadi bayang-bayang kesempurnaan adik sendiri bukanlah hal yang menyenangkan, setiap hari mendengar perbandingan antara ini dan itu yang tentu saja memiliki segudang perbedaan. Ghea ingin berteriak pada kedua orangtuanya agar tak terus-menerus membanding-bandingkan antara ia dan Dilla, tapi teriakan itu hanya terhenti di kepalanya tak pernah bisa benar-benar ia teriakkan di depan ayah dan ibunya.
Dilla pun sama saja, bagi Ghea diamnya Dilla sama saja membenarkan apa yang orangtuanya lakukan selama ini. Bayangkan saja, keinginan Dilla selalu jadi prioritas hanya karena ia memiliki otak yang cerdas sedangkan Ghea? Jangankan dituruti, bahkan ketika yang ia minta adalah kebutuhannya tetap saja ia akan mendapat ceramah terlebih dahulu sebelum mendapat yang ia minta.
Ghea meletakkan tas di meja, wajahnya tertekuk malas tentu saja pagi ini ia sudah mendapat kata-kata tak mengenakkan. Sudah seperti sarapan saja yang wajib ia santap setiap hari, sudah tahu Ghea tak suka tetap dipaksa mendengar omelan setiap hari.
"Kenapa lo, masih pagi udah cemberut aja?" tanya Barra setelah meletakkan tas di meja.
Ghea mengangkat kepala malas dan memilih duduk kemudian menenggelamkan kepalanya di meja.
"Holla, i'm coming!" heboh Olivia memasuki ruang kelas.
Trisha berjalan di belakang Olivia, matanya liar mencari satu objek yang tertangkap di sudut ruang. Entah mengapa bibirnya sedikit tertarik membentuk lekuk senyum. Trisha tahu ini sangatlah bodoh, hanya karena Daffa membantunya kemarin malam bisa membuatnya memiliki perasaan berbeda seperti ini. Apakah Trisha jatuh cinta?
"Omaygat, Queen! Lo habis begadang apa gimana pagi-pagi udah lesu aja?" tegur Olivia pada Ghea.
"Bacot banget lo, pergi sana!" usir Ghea.
Barra mendekatkan tubuhnya pada Ghea kemudian mengacak-acak rambut perempuan itu, Barra tahu sepertinya pagi ini sudah ada suatu hal yang merusak mood Ghea.
"Busyet galak amat!" balas Olivia memilih mundur.
"Lo kenapa?" tanya Barra berbisik tepat di telinga Ghea.
Tak ada jawaban, Barra tetap bersabar kemudian kembali bertanya, "How was your day?"
Ghea merasa pertahanannya bisa hancur hanya karena pertanyaan Barra. Ia mengangkat kepala kemudian menatap Barra dengan senyum palsu tercetak di wajah.
"Gue baik-baik aja, Barr. Kemarin juga sama."
Olivia menatap jengah dari kejauhan, hanya karena Barra pacarnya Ghea bukan berarti hanya Barra saja yang harus Ghea respon sedangkan Olivia boro-boro direspon yang ada malah mendapat kata-kata kasar dari Ghea. Sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Teen FictionWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...