BAB 27 MENGHILANG

132 60 6
                                    

Waktu berbalik pada saat Ghea mengerutkan alis kebingungan dengan penjelasan Daffa, otaknya yang tak terbiasa akan tekanan soal matematika kini mulai menjerit kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berbalik pada saat Ghea mengerutkan alis kebingungan dengan penjelasan Daffa, otaknya yang tak terbiasa akan tekanan soal matematika kini mulai menjerit kesakitan. Ghea menusuk pena yang ia gunakan di rambutnya saking frustasi dengan soal yang sangat sulit dipecahkan.

"Daff, kok ada ya soal beginian?" tanya Ghea random.

Daffa yang paham jika pertanyaan Ghea mulai ngelantur pasti perempuan itu sudah tak kuat dengan soal yang ia berikan. Melihat wajah frustasi Ghea membuat Daffa mau tak mau menyungingkan senyum. Perlahan Daffa mendekat dan mulai menjelaskan langkah menyelesaikan soal kepada Ghea sedangkan perempuan itu bukannya paham malah semakin mengerutkan dahinya.

"Daff, bentar. Lo ngomong apa gue nggak ngerti," rengek Ghea sudah hampir menangis karena saking sulitnya soal yang ada.

Ghea menjatuhkan kepalanya di meja, jujur setiap melihat angka-angka matematika kepalanya langsung meronta tak kuat. Daffa menggeleng sembari berdecak heran dengan kelakuan Ghea, meski terkadang perempuan di hadapannya ini membuatnya sangat kesal tapi entah mengapa Daffa tetap mengajarinya dengan perlahan tanpa sedikitpun niat memarahinya.

"Ini gue beli tadi," ujar Daffa menyerahkan yogurt berwarna merah muda itu kepada Ghea.

Karena intensitas pertemuan mereka yang terbilang cukup sering membuat Daffa hapal makanan kesukaan Ghea karena perempuan itu seringkali membawa makanan untuk teman belajar. Melihat Ghea frustasi membuat Daffa ingat makanan yang sempat ia beli sepulang sekolah kemarin.

Melihat sesuatu yang Daffa berikan kembali memberikan energi pada tubuh Ghea, segera ia menegakkan tubuhnya dan mengambil yogurt pemberian Daffa.

"Thanks! Lo tau aja gue suka," puji Ghea sumringah.

"Soalnya terlalu sulit ya?" tanya Daffa membolak-balik kertas coretan Ghea.

Pertanyaan Daffa tak membuat Ghea berpikir dua kali untuk mengangguk, seperti anak kecil yang tak mampu menjawab soal yang ayahnya berikan Ghea mengangguk sembari menyesap yogurt seperti anak kecil.

Daffa terkekeh geli melihat kelakuan Ghea.

"Gue jelasin ulang ya, kali ini dipahami kalau paham besok gue beliin lagi deh."

Mendengar tawaran yang sangat menarik dari Daffa langsung membangkitkan semangat Ghea untuk segera memahami soal tersebut, lumayan dapat makanan gratis.

Hal yang mungkin tak akan Ghea dapatkan dari siapapun adalah kesabaran Daffa menghadapi sikap kekanak-kanakan yang ia miliki, entah ada berapa banyak stok sabar yang Daffa miliki sampai-sampai ia begitu bisa menghadapi Ghea dengan mood yang kadang dirinya sendiri tak mengerti.

Ada banyak hal yang Ghea sadari setelah cukup dekat dengan Daffa, ternyata selama ini lelaki ini tak pernah dekat dengan siapapun terutama di SMA padahal melihat dari poto-poto yang terpajang di kamar Daffa adalah anak yang aktif sewaktu SMP. Banyak teka-teki yang tak bisa Ghea pecahkan dari sosok Daffa, misterius adalah penggambaran yang tepat untuk mencirikan Daffa.

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang