BAB 46 LUKA DAN KECEWA

201 26 7
                                    

Kejadian belakangan ini tentu begitu mengejutkan SMA Bina Bangsa terlebih untuk mereka yang baru menyelesaikan ujian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian belakangan ini tentu begitu mengejutkan SMA Bina Bangsa terlebih untuk mereka yang baru menyelesaikan ujian. Awalnya mereka kira bahwa selepas mengerjakan ujian terakhir mereka akan berbahagia dengan malam pelepasan yang selalu menjadi malam spektakuler di SMA Bina Bangsa. Sayangnya, tak seindah yang mereka bayangkan. Belum juga lepas dari SMA ternyata mereka sudah tak lengkap, salah-satu di antara teman berjuang mereka telah pergi dengan cara tragis.

Selepas ujian mereka memang masih diwajibkan datang ke sekolah untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi karena di SMA Bina Bangsa memang difasilitasi pelajaran tambahan untuk menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi.

Hari ini kelas yang selalu ramai karena tingkah absurd siswa siswi USA terasa begitu berbeda atmosfernya. Hening, dingin dan benar-benar akward.

Mereka terduduk lemas dengan salah satu bangku kini kosong tak berpenghuni, gadis yang duduk di sana bahkan tak bisa membendung air mata yang menjadikan wajahnya basah. Segera saja teman-teman perempuan kelas tersebut mendekat memberikan dekap terutama gadis dengan rambut dicepol yang sudah lebih dulu memeluk erat tubuh itu.

Olivia, perempuan yang biasanya menjadi center keributan di kelas hari ini menjadi orang paling rapuh. Tak ia sangka teman sebangku sekaligus sahabatnya benar-benar pergi. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak membiarkannya terjaga.

Bukan hanya Olivia tentu mereka semua yang berada di kelas tersebut merasakan kehilangan, tiga tahun mereka disatukan dalam kelas yang sama. Berawal dari tak saling kenal di kelas sepuluh sampai menjadi sahabat di kelas sebelas dan duabelas membuat ikatan antara mereka terjalin erat.

Perempuan yang menangis di ceruk leher Olivia tentu hatinya sangat hancur apalagi penyesalan besar dalam dirinya karena menolak Trisha yang ingin datang ke rumah di malam itu. Sampai kini ia masih berpikir mungkin saja jika ia membiarkan Trisha ke rumahnya malam itu Trisha masih bersama mereka hari ini.

"Lebih baik kita berdoa untuk Trisha agar diberikan kelapangan dan kemudahan di alam sana," ujar Vano yang biasanya suka menjahili Olivia.

Semua mengangguk setuju, khidmat sebuah doa menjadikan kelas haru menjadi begitu sejuk. Seakan sosok itu ikut hadir di tengah-tengah mereka sembari mengucap terimakasih karena telah bersama melewati lembaran-lembaran berisi kisah manis di masa SMA serta meminta maaf tak bisa melanjutkan perjuangan sebagaimana mestinya.

"Semoga kamu tenang di alam sana, kami akan selalu mengingatmu sebagai sahabat yang baik."

Trisha dikenal baik di kelas, meski pendiam dan cenderung menutup diri ia tetap menjadi sahabat favorit yang menjadikan kelas mereka semakin kompak. Tak jarang Trisha membagi secara cuma-cuma tugas yang telah ia kerjakan untuk disalin oleh teman-temannya bahkan ketika ujian Trisha tak segan berbagi jawaban tak peduli ranking pararelnya akan direbut orang lain.

Bagaimanapun cerita Trisha akan tetap terkenang di hati dan menjadi bagian terindah dari sebuah perjalanan. Trisha, doa USA bersamamu.

***

TOXIC RELATIONSHIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang