Dua jam sebelum kejadian.
"BERHENTI! APA YANG KAMU LAKUKAN PADA ANAK SAYA!" teriak Mira dari pintu yang ia biarkan terbuka.
Tatapannya tajam seraya mengepalkan tangan kuat sampai buku jarinya memutih kemudian ia berjalan mendekat pada Dito melayangkan satu tamparan keras pada wajah lelaki itu.
"Kamu mau membunuh anak saya?!" bentaknya kalap.
Dito yang semula dipenuhi amarah pada Trisha kini menatap Mira dengan tatapan sayu, wanita yang sampai saat ini bersarang di hatinya bahkan tak bergeser sedikitpun meski sudah banyak rasa sakit yang diberikan. Masih dengan perempuan yang sama, wanita dengan rambut sebahu itu adalah wanita yang membuatnya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan.
"Saya hanya mendidiknya, jika cara saya salah mari kita didik bersama."
Kata-kata yang Dito ucap semakin membuat Mira marah.
"Bukankah sejak awal kamu mengatakan akan menerima Trisha seperti anakmu sendiri? Lalu apa ini!"
Mata Trisha membulat sempurna mendengar ucapan yang terlontar dari mulut ibunya, sejenak ia terdiam berusaha mencerna setiap susunan aksara tersebut namun otak cerdasnya tak mampu mendapatkan jawaban.
"Maksud Mama?" tanya Trisha lirih berusaha berdiri.
Mira berjalan mendekat kemudian menyumputkan rambut Trisha pada daun telinga membiarkan wajah pucat itu tanpa tertutupi sehelai rambut pun.
"Sekarang kamu beresi barang-barangmu, kamu ikut Mama."
Mendengar hal itu Trisha langsung menepis tangan ibunya lalu berkata, "Atas dasar apa mama merasa berhak buat ngajak aku ikut Mama? Nggak! Trisha lebih baik disiksa papa daripada ikut mama yang tukang selingku—"
Plak!
Wajah Trisha tertoleh ke arah samping, tamparan itu memang tak begitu keras namun mampu membuat Trisha sadar cinta itu tak ada di dunia. Bahkan dari ayah ataupun ibunya sama saja keduanya tak memberikan cinta padanya, seharusnya Trisha sadar sejak awal bahwa dunia ini hanyalah kumpulan pahit tak berujung.
Trisha terkekeh kemudian membuang ludahnya yang bercampur darah.
"Mama marah karena papa mukul Trisha terus apa bedanya dengan Mama?" tanya Trisha dengan nada ejekan.
"Mama sudah mengajukan gugatan cerai, kamu harus ikut Mama dia bukan ayahmu!"
Sepersekian detik Trisha terdiam, hatinya nyeri tak karuan tanpa ia sadari matanya mengeluarkan cairan bening membuat wajahnya yang pucat basah seketika.
"Apa maksud Mama? Ap ... Apa ini ma?" tanya Trisha dengan suara bergetar.
"Kamu dengerin mama ya, kemasi barang-barangmu dan ikut mama," bujuknya tak memberikan penjelasan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC RELATIONSHIT [END]
Ficção AdolescenteWARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲. _________ HAPPY KIYOWO_________ Pernahkah kalian dib...