Sudah hampir delapan bulan kesibukan Danielle sebagai Ibu Negara sekaligus ibu rumah tangga tidak membuat dirinya lupa akan pendidikan yang memang sudah menjadi cita cita nya dari dulu. Dengan kesibukan itu Danielle masih sempat kuliah untuk mengambil spesialis di kedokteran. Di tambah sekarang dirinya sedang hamil besar.
Beruntung untuk saat ini Danielle hanya kuliah tiga hari dalam seminggu, karna dirinya di berikan kebijakan oleh pihak kampus. Untuk sisanya bisa di lakukan online atau diberikan tugas oleh Dosen. Danielle juga beruntung mendapatkan dukungan dari Alard sang suami, walaupun Alard bisa saja mengatakan kalau untuk melanjutkan kuliah Danielle bisa menunggu hingga anak nya lahir. Akan tetapi tidak di lakukannya, karna sejak bertemu Alard akan mendukung apapun yang Danielle lakukan.
Danielle sendiri masih sanggup melakukan pekerjaan sebagai Ibu Negara dan juga mahasiswa secara bersamaan. Hanya dalam pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga saja Danielle masih minta bantuan para pekerja yang berada di mansion nya. Walaupun Danielle jarang berada di mansion, dirinya lebih suka tinggal di mansion pribadi dari pada di white house seperti suaminya.
Sebagi Ibu Negara, tugas Danielle bukan hanya mengoreksi kinerja team nya. Akan tetapi dirinya terjun langsung untuk melihat kinerja mereka. Apakah pekerjaan mereka sudah sesuai dengan perintahnya atau tidak. Bukan itu saja, Danielle juga menemani Alard ketika suaminya itu menjadi Kepala Negara. Kepala Negara memiliki pertemuan pertemuan penting yang salah satu pertemuan tersebut mengharuskan Danielle berada di sisi Alard.
Pekerjaan pertama Danielle sebagai Ibu Negara adalah membuka rumah sakit darurat di setiap distrik kota di Amerika. Karena Danielle seorang dokter, dirinya beserta dokter dokter muda yang menjadi sukarelawan membuka rumah sakit untuk orang orang yang tidak mampu. Dan tugas pertama ini mendapatkan tanggapan positif oleh masyarakat luas.
Danielle beserta team nya sedang bertugas di salah satu rumah sakit darurat yang di dirikannya di negara bagian New York, tepatnya di kota Bronx. The Bronx memiliki satu dari lima Distrik Kongres termiskin di Amerika. Itu lah salah satu tujuan rumah sakit darurat yang di dirikan oleh Danielle, rumah sakit itu bertujuan untuk membantu siapa saja yang tidak bisa mendapatkan perawatan apabila ada yang sakit.
Danielle sendiri mengambil spesialis kedokteran di Columbia University. Oleh karna itu Danielle sering pulang pergi antara kota New York dan Washington DC. Karna kehamilan Danielle yang sekarang menginjak hampir tiga puluh enam minggu dan hampir melahirkan, Danielle memilih tinggal di New York, dan untuk urusan perkuliahan juga lebih gampang nantinya. Untuk tugas sebagai Ibu Negara, akan di wakilkan oleh istri dari Edric wakil presiden.
Tok.. Tok..
"Masuk..."
"Maaf dokter ada yang mencari anda." ucap seorang perawat wanita.
"Mencariku..?" tanya Danielle.
"Iya dokter. Wanita itu memberikan kartu nama dokter. Ini..." ucap perawat tersebut sambil menyodorkan kartu nama milik Danielle yang berwarna hitam dengan tinta emas terukir di sana.
"Ohh.. Suruh saja masuk."
"Baik dokter."
Selang beberapa menit pintu ruangan terbuka kembali dan di sana ada seorang wanita cantik berambut pirang yang kemungkinan umurnya hampir sama dengan Danielle, wanita itu tersenyum kecil dengan wajah sedikit pucat. Danielle tersenyum, mungkin sudah hampir dua minggu dirinya tidak bertemu dengan wanita itu. Karna pertemuan pertama mereka tidak di sengaja, bahkan bisa di bilang wanita yang sekarang berada di depan nya adalah malaikat penolongnya.
Danielle berdiri menghampiri wanita itu dan memeluk tubuh Audrey erat yang di balas oleh Audrey.
"Apa kabar Audrey..?"
"Kabar aku baik baik saja dokter."
"Panggil aku Danie saja. Bukankah kita berteman? Silahkan duduk."
"Maaf mengganggu waktumu?" ucap Audrey yang sekarang duduk berhadapan dengan Danielle.
"Tidak apa apa. Kamu tidak menggangguku sama sekali."
"Aku pikir kamu sudah pergi dari sini."
"Belum.. Seharunya kemarin. Tapi aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa di tinggal, jadi lusa aku akan berangkat ke Washington."
"Syukurlah kalau begitu. Jadi aku bisa bertemu dengan mu."
"Jadi..?"
"Hmm... Apakah tawaran mu masih berlaku?" ucap Audrey dengan suara kecil. Danielle tersenyum tulus.
"Tentu saja Audrey. Aku senang kamu menerima tawaran yang aku berikan."
"Benarkah..?" tanya Audrey meyakinkan. Danielle menganggukan kepala dengan antusias.
"Kamu bisa bekerja di sini mulai besok. Nanti aku akan memperkenalkan orang orang yang bekerja di sini."
"Terimakasih Danie. Ini sungguh berarti untuk ku."
"Tidak.. Justru aku yang berterima kasih padamu. Kalau bukan karena mu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku."
"A-apa suamimu tahu."
"Tidak.. Maksudku mungkin suatu saat dia akan tahu. Tapi tidak untuk saat ini. Karna aku pasti tidak bisa kemana mana lagi."
"Kamu harus menceritakan nya Danie."
"Iya.. Tapi nanti. Jangan sekarang." balas Danielle dengan wajah muram. Audrey hanya menghela nafasnya.
"Bagaimana dengan bayi di kandungan mu."
"Dia baik baik saja. Bayi ini kuat." ucap Danielle sambil mengelus perut nya yang besar. "Dan bagaimana dengan lukamu?" tanya Danielle kembali.
"Aku baik baik saja."
Semua orang tau Danielle adalah seorang istri dari presiden. Tapi apabila Danielle sedang memakai pakaian dinasnya, Danielle meminta semua orang menganggap nya hanya seorang dokter yang sedang bertugas, tanpa membawa nama suami nya.
Danielle sudah kembali ke kediaman nya di sebuah penthouse megah di kota Manhattan. Jarak antara The Bronx dan Manhattan hanya membutuhkan waktu hampir tiga puluh enam menit. Danielle lebih suka naik mobil dari pada naik helikopter yang mungkin hanya membutuhkan jarak sekitar lima belas menit.
Untuk tinggal di Manhattan, Danielle lebih memilih penthouse dari pada sebuah mansion. Karna apabila Alard tidak bisa menemani Danielle karna kesibukannya, Danielle bisa melihat gedung manhattan dengan lampu lampu indah dari balkon penthouse miliknya untuk menemani malamnya.
Audrey.. wanita cantik dengan rambut pirang yang sejak dua minggu lalu menjadi temannya kini sudah bekerja di salah satu rumah sakit yang di dirikannya. Danielle sangat senang, Audrey menerima tawaran nya. Karna kalau tidak pasti Danielle akan selalu datang ke tempat kerja Audrey yang lama.
Sudah hampir satu bulan Danielle merahasiakan kejadian yang menimpanya kepada Alard. Danielle tidak mau membuat Alard Khawatir dan namanya menjadi tercoreng. Walaupun kejadian itu bukan salahnya tapi posisi Danielle sebagai istri dari seorang presiden membuat Danielle memikirkan dua kali untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada suaminya itu.
Danielle melihat gedung gedung tinggi yang ada di hadapanya. Danielle menghela nafasnya pelan dan menundukkan kepala.
"Aku merindukanmu.. Apa kamu juga merindukanku?" ucap Danielle pelan pada dirinya sendiri.
Saat ini adalah saat di mana seorang Danielle ingin menyerah. Titik dimana Danielle membutuhkan seorang Alard di sampingnya. Danielle bisa melalui semuanya itu, tapi ada kejadian yang membuat semua itu begitu berat sekarang. Yang di butuhkan Danielle sekarang adalah Alard, tapi itu tidak akan pernah terjadi. Karna sebelum menikah, Danielle tahu betul resiko apa yang akan dirinya lalui apabila berada di samping Alard.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beloved President And I (#1 Beaufort) (The End ✅)
RomanceDi Negara maju dan Negara Demokrasi siapa saja bisa menjadi orang nomer satu. Apalagi ketika diri mereka memiliki kecerdasan, kekayaan dan kekuasaan. Mereka dengan cepat akan mendapat simpati dari masyarakat, di tambah dengan wajah yang tampan dan u...