Sejak kejadian ciuman pertama yang Alard lakukan kepada Danielle, mereka berdua intens berhubungan. Walaupun itu hanya sekedar telepon atau video call. Sudah hampir dua minggu mereka tidak bertemu. Alard akan berada di Palo Alto selama tiga hari. Hari terakhir di manfaatkan oleh Alard untuk mengajak Danielle makan malam.
Alard akan menjemput Danielle di penthouse yang di tinggalinya sekitar jam delapan malam. Sudah sekitar satu jam Danielle mengacak acak walk in closet untuk mendapatkan dress yang di inginkan nya. Di bantu oleh Giovanna, Danielle akhirnya mendapatkan dress yang tidak terlalu mencolok.
"Besok besok kamu harus membeli beberapa dress." saran Giovanna karna apa yang di lihat di walk in closet milik Danielle hanya pakaian santai untuk pergi ke kampus.
"Aku tidak membutuhkan nya oke."
"Tapi kalau sudah seperti ini kamu jadi susah sendiri. Hari ini kamu akan berkencan tapi tidak memiliki satu pun dress yang kamu pakai."
"This is not a date. Just dinner." bela Danielle.
"Whatever. Aku tidak mau tahu. Besok kita pergi ke butik langganan aku. Kita akan beli beberapa dress untuk mu." ucap Giovanna tidak mau di bantah.
"Terserah kamu saja." Danielle memutar kedua matanya. Karna Danielle tahu tidak akan pernah menang kalau berdebat dengan Giovanna.
Sekitar jam tujuh tiga puluh suara bell intercome berbunyi. Giovanna melihat di camera intercome kalau sudah ada Rush di depan pintu. Giovanna membuka pintu sambil tersenyum lebar.
"Hai.. Rush." sapa Giovanna dengan senyum manisnya.
"Miss. Marvell. Selamat malam. Apa Miss. Eugene ada di dalam."
"Tentu saja. Silahkan masuk Rush. Danielle sebentar lagi siap." ucap Giovanna. "By the way, call me Vanna oke. Bukankah Marvell terlalu formal." Giovanna mengedipkan salah satu matanya ke arah Rush yang wajahnya tidak sekali pun terlihat tersenyum.
Rush bergeming dari posisi berdiri nya. Walaupun Giovanna sudah menyuruh Rush untuk duduk, Rush tetap berdiri dekat sofa menunggu Danielle.
"God... Kenapa pria yang terlihat dingin begitu misterius dan sexy." puji Giovanna.
"Who..? tanya Danielle ketika mendapat kan Giovanna sedang telentang di atas kasur miliknya.
"Rush Fabrice."
"Really Gio..."
"What...? Rush memang Sexy." ucap Giovanna sambil tersenyum.
Danielle tidak mempedulikan Giovanna dan langsung keluar kamarnya.
"Selamat malam Rush?"
"Selamat malam Miss. Eugene. Saya di suruh menjemput anda."
"Oh.. Aku kira Alard yang akan menjemput ku. Yasudah lah kita lebih baik pergi sekarang."
Rush membawa Danielle menuju hotel berbintang. Dimana Alard sudah menunggu di salah satu restoran. Hotel yang mereka tuju adalah salah satu hotel milik keluarga Alard.
"Silahkan Miss. Eugene." Rush membuka pintu restoran dan mengarahkan ke salah satu meja dimana Alard sudah menunggu.
"Selamat malam Danie. Malam ini kamu sungguh cantik." puji Alard yang sejak Danielle masuk pandangannya tidak lepas dari Danielle.
"Terima kasih Al." Danielle tersipu karna pujian dari Alard.
Alard menggeser kursi untuk Danielle duduki. Lalu Danielle duduk berhadapan dengan Alard. Alard tersenyum yang membuat jantung Danielle berdebar. Malam ini Alard begitu tampan dengan balutan taxedo berwarna hitam yang sangat cocok di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beloved President And I (#1 Beaufort) (The End ✅)
RomanceDi Negara maju dan Negara Demokrasi siapa saja bisa menjadi orang nomer satu. Apalagi ketika diri mereka memiliki kecerdasan, kekayaan dan kekuasaan. Mereka dengan cepat akan mendapat simpati dari masyarakat, di tambah dengan wajah yang tampan dan u...