Beaufort Building begitu terlihat sedikit mencekam, tidak seperti biasanya, banyak karyawan merasa penasaran dengan apa yang terjadi di lobby utama pintu masuk gedung. Banyak pria yang berbadan tegap dengan memasang wajah dingin berada di sekitar lobby.
Orang yang tidak berkepentingan di larang untuk keluar masuk gedung. Semua karyawan tidak di ijinkan turun ke lobby kalau tidak ada hal yang penting. Semua sudut di jaga ketat oleh pria berjas hitam.
Banyak paparazi berada di depan pintu masuk, mereka sengaja menunggu di sana, karna pada hari ini ada konferensi pers yang sudah lama mereka nantikan. Pihak management memang sengaja untuk mengadakan konferensi pers di luar gedung agar tidak mengganggu para karyawan dan tamu.
Suara dentingan lift khusus untuk pemilik gedung terdengar nyaring karna kesunyian terasa di lobby. Bunyi ketukan dari sepatu bersautan, wanita cantik dengan pakaian semi casual berjalan dengan percaya diri dan begitu anggun. Di samping wanita itu ada CEO dari Beaufort yaitu Raphael dan di belakang mereka ada lima bodyguad yang mengikuti.
Mereka keluar lobby dan berhenti di depan meja berdiri khusus yang sudah di sediakan untuk mereka. Suara blitz camera dengan cahaya yang menyilaukan mata langsung terdengar. Mereka langsung saling bersautan untuk bertanya. Wanita itu hanya tersenyum.
"Apa kalian semua bisa diam sebentar?" tanya wanita itu dengan masih memperlihatkan senyumnya yang indah.
Para paparazi langsung terdiam walaupun blitz camera mereka masih bekerja.
"Terima kasih. Saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Clare Kalinskie. Saya adalah sekretaris dari Mr. Beaufort. Di sini saya di tugaskan oleh beliau untuk bertemu kalian dan melakukan konferensi pers." ucap Clare sambil tersenyum.
"Dimana Mr. Beaufort, Miss?"
"Apa Mr. Beaufort tidak mau menjelaskan tentang berita yang akhir akhir ini terjadi kepadanya, Miss?"
Saut para paparazi saling bergantian. Mereka sejak pagi sudah menunggu Alard untuk menjelaskan rumor yang sudah dua hari ini menjadi berita terhangat.
"Untuk apa beliau menggaji saya ratusan dolar kalau masalah yang tidak penting ini harus beliau lakukan." ucap Clare yang langsung membuat mereka terdiam.
Raphael yang berada di samping Clare dengan memakai kacamata hitam di wajahnya hanya memperlihatkan smirk yang tidak di sadari oleh orang lain. Alard memang tidak salah memilih Clare untuk menjadi juru bicaranya.
"Di sini tidak ada sesi tanya jawab. Apa yang akan saya katakan akan menjelaskan semuanya."
Perkataan Clare membuat paparazi menghela nafas. Tapi bagaimana pun juga mereka akan terima, karna sekarang mereka membutuhkan pernyataan dari pihak Beaufort.
"Berita yang kalian buat atau berita yang beredar selama ini adalah tidak benar." ucap Clare dengan suara lantang. "Berita itu sangat merugikan pihak kami. Apa lagi sumber yang kalian dapat tidak dapat di percaya." tambah Clare.
"Berita yang beredar saat ini sungguh merugikan pihak kami. Bukan hanya pihak kami saja tapi juga orang lain. Untuk itu berhentilah memberitakan tentang kebohongan publik untuk keuntungan pribadi."
"Mr. Beaufort tidak pernah mengenal baik dengan wanita yang di beritakan selama ini menjadi kekasih beliau. Secara kebetulan mereka bertemu di sebuah acara amal sebagai tamu undangan. Selebihnya Mr. Beaufort tidak mengenal secara pribadi." ujar Clare.
"Untuk itu pihak kami meminta kalian berhenti memberitakan hal hal yang tidak benar. Dan untuk berita tentang seorang gadis yang menjadi kekasih Mr. Beaufort memang benar. Beliau adalah kekasih dari Mr. Beaufort selama ini." pernyataan dari Clare membuat paparazi sedikit berisik.
"Dan kakak ku sudah mengenal lama sejak dia remaja." ucap Raphael tiba tiba, membuat Clare menatap wajah Raphael lekat.
Info yang baru saja paparazi dapatkan ternyata berdampak sangat mengejutkan untuk mereka. Begitu juga dengan Clare. Karna Alard hanya mengatakan apa yang Clare utarakan di depan paparazi. Dan info yang Raphael katakan tadi benar benar informasi baru untuknya.
"Saya rasa cukup. Dan terima kasih untuk semua yang sudah datang ke sini. Selamat siang." ucap Clare yang langsung balik kanan dan masuk kembali ke dalam gedung di ikuti oleh Raphael dan beberapa bodyguad.
Di belakang mereka paparazi masih berusaha bertanya, tapi dengan banyak nya bodyguad yang menghalau usaha mereka untuk mendapatkan informasi lebih hanya sia sia saja.
"Kamu memang salah satu karyawan yang sangat profesional Clare. Aku sebagai mantan atasan mu sangat bangga." ucap Raphael.
"Thank You atas pujiannya, Sir. Tapi tolong kalau ada informasi yang seperti tadi saya di beritahu sebelumnya." ucap Clare sedikit kesal.
Karna tiba tiba saja Raphael membuat dirinya menjadi bodoh tadi. Untuk saja Clare bisa menguasai raut wajah nya. Raphael terkekeh.
"Maafkan aku. Hanya saja aku suka sekali kejutan. Apa lagi melihat wajah kalian seperti orang bodoh." ucap Raphael terbahak yang membuat Raphael mendapatkan pelototan dari Clare. "Maksudnya wajah paparazi." ralat Raphael.
Di lain tempat Alard sedang berada di kantor pemerintahan sambil melihat siaran langsung berita konferensi pers di televisi yang di lakukan oleh Clare dan Raphael. Alard menghela nafasnya dalam dan terkekeh. Apa yang di lakukan oleh Raphael memang di luar skrip. Adiknya itu benar benar di luar dugaan. Ingatkan Alard lagi nanti kalau bertemu dengan Raphael untuk menendang bokongnya.
"Car.. Apa jadwal aku selanjutnya untuk dua hari ke depan?" tanya Alard.
"Besok anda akan bertemu dengan para pendukung anda di senat, Sir. Setelah itu makan malam bersama Mr. Beaufort Senior."
"Dengan ayahku? tanya Alard, yang di anggukan oleh Carvel. "Lalu besoknya..?"
"Tidak ada Sir. Karna anda mengosongkan jadwal untuk dua hari kedepan." ucap Carvel.
"Baiklah. Terima kasih Car. Kamu bisa keluar."
"Baik Sir."
Sementara itu Danielle dan Jean sedang berada di kamar untuk melihat konferensi pers yang di lakukan oleh pihak Alard. Mereka berdua tidak ada yang berbicara ketika konferensi pers sedang berjalan. Wajah Danielle sedikit menegang ketika pembahasan akan dirinya sedang berlangsung. Jane menoleh ke arah Danielle lalu memegang tangannya.
"Semua akan baik baik saja." ucap Jean menenangkan. Danielle menoleh lalu mengangguk.
Danielle mengerikan dahinya ketika tiba tiba Raphael berbicara. Karna sejak tadi hanya wanita cantik di sebelah Raphael yang berbicara kepada paparazi. Konferensi pers berakhir dan Danielle bisa bernafas dengan lega.
"Apa kamu sudah lama mengenal Alard?" tanya Jean. Pertanyaan Jean membuat Danielle menoleh.
Danielle memang tidak menceritakan kepada Giovanna atau pun Jean kalau ternyata Alard dan juga Danielle sudah pernah bertemu ketika Danielle merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun.
"Hmm.. Kamu ingat waktu kita ke Disneyland dan ketika aku menabrak seorang pria sampai Longboard milik ku patah menjadi dua?" tanya Danielle.
"Tentu saja aku ingat. Itu adalah hari tersialmu." ucap Jane terkekeh.
"Yeah.. Sampai aku sangat kesal karna hadiah pemberian Mommy menjadi rusak." Danielle mengingat kejadian itu lalu tersenyum. "Apa kamu ingat wajah pria yang aku tabrak waktu itu?"
"Hmm.. Tidak juga. Aku hanya mengingat kalau wajah pria itu sangat tampan." ucap Jean tertawa. Lalu Jean terdiam sebentar dan menutup mulut dengan tangannya. "Oh my God... Jangan jangan..."
"Yes... He's Alard." Danielle menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Tuan Mafia... Benarkah?" ucap Jean tidak percaya.
"Yap.. Tuan Mafia." ucap Danielle lalu tertawa, membuat Jean ikut tertawa.
"Ya Tuhan Danie. Ternyata dunia begitu sempit." ucap Jean masih tidak percaya.
Danielle hanya menggelengkan kepala mendengar perkataan Jean sahabatnya. Mungkin yang di katakan Jean ada benarnya. Dunia yang begitu luas ternyata tidak dengan realitanya, Dunia begitu sempit. Danielle bisa kembali bertemu dengan Alard. Dulu pria yang Danielle pikir sebagai seorang Mafia sekarang ini malah menjadi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beloved President And I (#1 Beaufort) (The End ✅)
RomanceDi Negara maju dan Negara Demokrasi siapa saja bisa menjadi orang nomer satu. Apalagi ketika diri mereka memiliki kecerdasan, kekayaan dan kekuasaan. Mereka dengan cepat akan mendapat simpati dari masyarakat, di tambah dengan wajah yang tampan dan u...