--
Jeon Jungkook patut bersyukur, karena akhir akhir ini lingkungan kantornya sangat membaik semenjak perusahaannya berhasil menjalin hubungan yang baik dengan perusahaan perusahaan lain. Dan juga Jungkook senang karena akhirnya perusahaannya berhasil melenarkan sayapnya dengan mengakuisisi perusahaan lain pula. Namun, tidak menutup kemungkinan jika dirinya sering pulang terlambat dan jarang sekali menghabiskan waktu untuk keluarga, bahkan untuk dirinya sendiri pun sulit. Kegiatannya akhir akhir ini adalah bekerja, pulang, tidur, dan berangkat lagi. Selalu seperti itu, sampai sampai Jungkook tidak bisa menemani Mi Young untuk vaksin campak yang kedua. Gadis itu selalu bersama Jungkook jika vaksin campak atau apapun yang berbau dengan rumah sakit. Sempat menangis dan enggan untuk mendapatkan vaksin, namun Rose berhasil membujuk dengan bantuan ibu dan ayah mertuanya tentu saja.
Dua hari yang lalu adalah perayaan ulang tahun anak Namjoon dan Alice yang ke empat. Semenjak kepindahan nya Namjoon dan Alice, orang tua Jungkook dan Rose juga sering sekali datang berkunjung.
"Kakek! Apakah aku bisa bermain basket lagi?" tanya Junghwan sambil melihat bekas jahitan pada kakinya, sudah 1 bulan pula semenjak kejadian itu. Namun dokter belum memperbolehkan Junghwan untuk beraktivitas yang berat termasuk olahraga. Padahal dirinya sudah sangat menanti hari itu, apalagi basket menjadi kecintaannya yang nomor satu.
"Bisa tentu saja! Kau hanya perlu bersabar, mungkin 2 bulan lagi."
"Ahh itu terlalu lama kakek..." ucapnya sambil bersandar manja di lengan sang kakek yang tengah membaca koran di pekarangan rumah belakang.
"Memangnya kau ingin jahitannya terbuka lagi?" itu suara khas neneknya yang datang membawa sepiring buah ke nakas samping suaminya.
"Tidak mau! Aku takut melihat darah!"
"Maka dari itu dengar kata dokter, kau bisa melakukan aktivitas lain. Kenapa kau tidak meminta mommy mengajarkanmu melukis?"
"Melukis itu kotor nenek, aku juga tidak suka bau catnya."
Nenek dan kakeknya saling bertemu tatap dan tersenyum sangat senang kala melihat cucunya begitu menggemaskan.
"Dimana Somi noona?" tanya Junghwan.
"Sedang bermain dengan adikmu, kenapa?"
"Aku ingin mengajaknya bermain game!"
Sebelum Junghwan berhasil menemukan keberadaan sang bibi yang ia sebut noona, ia mendengar suara Jungkook yang menggelegar.
"Ayo dengan daddy saja!"
"Daddy! Daddy sudah pulang? Inikan baru jam 1 siang! Mommy! Daddy dirumah!" pekiknya sangat girang dan memeluk sang daddy.
Kemudian sudah bisa Rose tebak jika Jungkook jadi rebutan kedua anaknya. lalu berakhir dengan Junghwan yang duduk di samping daddynya dan Mi Young yang duduk di pangkuan Jungkook sambil menatap keduanya yang asik bermain game.
"Noona! Apa aku boleh meminta tolong ambilkan air minum?" ucap Junghwan dengan mata yang tak lepas dari pandangan televisi.
"Okay!" jawab Somi dengan senang hati
"Kau ini tidak tahu malu sekali, seharusnya kau ini di panggil bibi hahaha." Rose meledek adik iparnya, kala ia dan sang ibu memasak makan malam. Sedang Somi sendiri hanya mampu tertawa kecil dan segera menghampiri keponakan dan oppanya di ruang keluarga.
Tak lama dari itu, ayah ibu Rose datang. Mereka berdua dari rumah Alice dan Namjoon, dan kini mereka akan melakukan makan malam bersama.
"Bagaimana kalian?" tanya ayah Jungkook dengan tidak jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Fast
FanfictionSemuanya terlalu cepat mereka berdua lalui. Angan - angan yang belum tercapai bahkan perjalanannya baru saja dimulai, harus terenggut oleh keadaan yang memaksa mereka menggunakan satu jalan dengan berbeda tujuan. Pertanyaannya disini, siapa yang ak...