"Jungkook kuharap kau mengerti mengapa appa dan eomma melarangmu berhubungan dengan Hanna, saat ini Hanna memang baik padamu namun bagaimana jika tanpa kau sadari otaknya sedang diisi berbagai hal buruk oleh ayah tirinya," ujar ayah Jungkook agar anaknya menuruti permintaannya, ini bukan masalah dia tidak menyayangi anaknya tapi ia sangatlah menyayangi anaknya itu.
Mungkin saja kan Hanna hanya berpura pura tak mengetahui siapa diri Jungkook. Menunggu waktu yang tepat mungkin untuk menghancurkan perusahaan beserta isinya. "Jung, Ayah mohon padamu. Ini untuk kebahagiaanmu juga, kebahagiaan orang tua dan kakek nenekmu. Perusahaan ini benar benar sangatlah penting bagi keluarga kita."
"Appa biarkan aku sendiri dulu. Akan ku bawa keputusanku malam ini." Jawab Jungkook lesu.
Setelah mengatakan hal itu Jungkook meluncur ke kamar. Dia benar benar harus memutar otak bagaimana ia akan memutuskan Hanna. Tak masuk akal jika ia berkata bahwa Hanna adalah anak musuh ayahnya. Bagaimana caranya menemukan solusi masalah ini. Ia tak mungkin megecewakan kedua orang tuanya hanya karena seorang wanita, namun ia juga punya kehidupan pribadinya sendiri untuk memilih jalan hidup setelah ini.
Jungkook melangkah menuju kamar sang ibu. Mendapat saran dari ibu mungkin akan sedikit membantu.
"Eomma, apa aku boleh masuk ?" izin Jungkook yang masih berada di ambang pintu kamar ibunya.
"Ya masuk, duduklah," ujar ibu Jungkook lembut seperti biasa jika tidak ada ayahnya, ibu Jungkook akan benar benar berbeda.
"Eomma, aku kebingungan. Aku tak mungkin begitu saja memutuskan Hanna," Jungkook mengadu pada ibunya. Kacau adalah kondisi Jungkook saat ini.
"Jung eomma yakin kau tak akan mengecewakan kami, eomma akan membantumu sebisa mungkin. Sebaiknya kau istirahat. Aku akan coba berbicara pada appa mu bagaimana baiknya," ujar ibu jungkook sembari mengelus rambut anaknya itu.
"Ya, mungkin aku perlu istirahat," kata Jungkook dan pergi meninggalkan kamar ibunya.
-
Disisi lain Rose sedang duduk di balkon apartemennya dan dengan secangkir teh diet. Setelah kepergiannya dari kediaman Enver, Rose masih saja penasaran sebenarnya siapa mereka. Bagaimana mereka bisa mengenal keluarganya, dan bagaimana bisa ia tahu kalau dia putra ayahnya padahal Rose seperti belum pernah bertemu dengan mereka. Tak ada memori satupun tentang keluarga Enver.
Rose baru ingat ternyata dia belum menyampaikan undangan makan malam dari keluarga Enver. Sepertinya ia harus menemui orang tuanya daripada menyampaikan lewat panggilan telepon, terdengar tidak sopan.
Rose juga berencana untuk menginap saja dirumah orang tuanya, ia sedang libur dan mungkin menghabiskan waktu dengan keluarga adalah hal yang sangat baik. Ia sudah menyiapkan semua keperluannya, terutama pakaian yang akan ia kenakan esok lusa ketika bertemu dengan keluarga Enver.
Rose tiba dirumah orang tuanya jam 3 sore. Ia melihat ayah dan ibunya sedang menikmati segelas kopi di pinggir kolam renang.
"Eomma! Appa! Aku datang!" ucap Rose antusias.
"Eoh! Chaeng! Kau datang, bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tak mengunjungi kami, eomma merindukanmu," tak kalah dengan anaknya, ibu Rose juga sangat antusias menyambut anak keduanya.
"Sangat baik! Aku juga makan dengan baik eomma, aku sangat sehat!"
"Eii tapi apa kau lihat? Badanmu terlihat kurus Chaeng, kau melakukan diet?" tanya ibunya penasaran.
"Oh ayolah eomma, aku ini sudah seperti selebriti. Kau tahu aku juga diikuti paparazzi ketika kemari, jadi aku harus tampil sebaik mungkin dan satu lagi eomma, bajuku sudah mulai tak muat maka dari itu aku diet hehe.."
"Baiklah baiklah" ujar ibunya membelai rambut sang anak.
"Dimana appa? Sepertinya aku melihat appa disini," selidiknya ketika sudah tak melihat ayahnya yang sudah tidak ada di pinggir kolam renang.
"Appa mu sedang diare, jadi ya begitulah. Kemari biar eomma rapikan barangmu dan kau istirahat."
"Tidak tidak biar aku sendiri, ehm eomma aku lapar bolehkah eomma memasak untukku?" pintanya dengan mata seimut anak anjing.
"Haha iya iya, kau tak pernah berubah Chaeng selalu suka makan. Kau mandi dan eomma akan memasak," ucap ibunya dan mengecup pipi sang anak.
"Yes! Okay!"
-
Makan malam sudah selesai dan saat ini Rose, ayah dan ibunya sedang menonton acara televisi di ruang tengah. Dan Rose tiba tiba berbicara pada orang tuanya.
"Ehm appa, aku bertemu dengan teman appa tadi pagi,"
"Eoh! Siapa Chaeng?" kata ayahnya sembari mematikan televisi.
"Namanya Jeon Jin Seo, keluarga Enver. Beliau bilang dia adalah teman appa sewaktu di universitas," jelas Rose pada appa nya.
"Kau menemuinya? Bagaimana bisa? Aku sudah lama tidak berkabar dengannya, apa dia di Australia?" ayah Rose sudah mulai penasaran dengan cerita Rose barusan. Kemudian Rose menceritakan semua kejadian pagi ini termasuk undangan makan malam keluarga Enver esok lusa.
"Appa tidak menyangka, jika appa masih bisa bertemu dengan Jin Seo. Ayah Jin Seo sangat baik pada appa sewaktu sekolah dulu. Appa sering menginap kerumah mereka jika kami pulang terlalu larut. Dan singkat cerita, kami harus terpisah. Jin Seo pindah ke Tiongkok dan appa pindah ke Australia."
Ayah rose menceritakan sejarah singkat pada Rose. Dan sudah bisa dipastikan keluarga Enver tak begitu buruk. Yang buruk adalah anaknya Jeon Jungkook.
Terimakasih banyak guys! Tinggalkan jejaknya kalau kalian suka....
See you !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Fast
FanfictionSemuanya terlalu cepat mereka berdua lalui. Angan - angan yang belum tercapai bahkan perjalanannya baru saja dimulai, harus terenggut oleh keadaan yang memaksa mereka menggunakan satu jalan dengan berbeda tujuan. Pertanyaannya disini, siapa yang ak...