Bab 17

627 96 0
                                    

--

--

Hati Rose sedikit lega karena efek bepergian hari ini, namun masih ada sesuatu yang mengganjalnya. Dia khawatir dengan keadaan ibunya, lalu ia memilih untuk menelepon ayahnya.

"Appa! Kau dimana? Bagaimana dengan keadaan eomma? Aku masih memikirkan eomma, appa katakana sesuatu padaku. Aku akan menerima perjodohan ini dengan lapang jika kau menceritakan semua padaku,"

"Hhh iya Chaeng terimakasih jika kau akan menerima perjodohan ini. Eomma mu masih disana, masih dimasa pemulihan pasca operasi. Lusa ia akan pulang dan dipindahkan ke rumah sakit Ausie saja. Alice juga akan ikut pulang kemari, jadi sudahlah ayah mohon jangan pikirkan lagi eoh? Istirahatlah sudah malam. Appa tutup okay? Sleep well babe!"

"Ne appa, sleep well too!"

Namun di dalam lubuk hati ayah Rose terdapat sedikit rasa khawatir tentang kebahagiaan Rose yang akan di serahkan begitu saja hanya demi kebahagiaan istrinya. Apakah ini benar memaksa Rose melakukan ini?

--

Pagi buta Jungkook sudah bangun dan bersiap rapi menunggu Rose yang katanya ingin mengunjungi rumahnya. Itu adalah berita bagus, jadi dia harus benar benar datang tepat waktu.

Kehidupan Jungkook jika dirasa jadi sedikit berubah, ia sudah tidak se murung waktu ia baru saja tiba di Australia. Apalagi hubungan dengan ayahnya juga semakin baik kian harinya. Ibu Jungkook dan adiknya tentu saja senang melihat itu, pasalnya dahulu selalu saja ada peperangan diantara dua lelaki setiap harinya di rumah. Jungkook melakukan nya juga untuk dirinya sendiri, untuk melupakan Hanna, dan untuk membahagiakan Rose.

Yang dirasakan saat bersama Hanna dan Rose itu berbeda. Jika dengan Hanna, ia seperti bersama seorang teman. Teman cerita yang sangat nyaman, sangat nyaman hingga Jungkook berani menceritakan semua detail kehidupannya kepada Hanna, menangis dan bahagianya Jungkook juga dengan Hanna. Namun ia harus meninggalkan Hanna, walau terpaksa. Ia juga tidak tahu bagaimana bisa Rose mengalihkan Hanna dari pikirannya. 

Tapi bagaimana jika hal itu adalah yang terbaik untuknya, untuk hidup Hanna, dan untuk kehidupan keluarganya. Melupakan Turki beserta isinya menjadi opsi paling sempurna saat ini, walaupun akan sangat sulit dijalankan. Namun nyatanya Jungkook sudah berhasil melupakan walaupun masih sedikit sekali perjalanan meninggalkan masa lalunya. Sedangkan dengan Rose, dia menemukan seseorang yang benar benar berbeda dengan lainnya, Rose itu tidak mudah didekati. Namun juga mudah didekati jika kita mengerti apa yang dia mau dan apa yang dia rasakan. Rose itu seperti kutub magnet negative untuk Jungkook yang positif. Dia selalu tertarik dengan apa yang Rose katakan dan apa yang dia lakukan. Jungkook merasa harus melindungi gadis yang satu ini setelah mengerti Rose merupakan jiwa yang rapuh.

--

Jungkook langsung melajukan kendaraannya menuju apartemen Rose, hanya membutuhkan waktu 15 menit ia sudah sampai. Tentu saja belum ada keramaian di jalan raya, jam saja masih menunjukan pukul 5 pagi. Orang orang disini pasti masih tidur. Bahkan pelayan rumah Jungkook belum membuat sarapan.

"Yeoboseo? Chaeng? Aku sudah dibawah, apa aku perlu menjemputmu ke atas?" tanya Jungkook yang menelepon Rose namun masih di dalam mobilnya. Takut jika ada paparazzi di pagi buta begini. Bahaya.

"Tak perlu, aku akan turun sebentar lagi!"

"Oke!" Jungkook sudah sangat semangat dengan hari ini, mana dia menyangka jika Rose akan datang kerumahnya. Ia penasaran apa yang akan dilakukan Rose di rumahnya pagi pagi seperti ini.

"Jungkook-ssi! Buka pintunya!" tanpa sadar Jungkook melamun di dalam mobilnya dan tidak menyadari kedatangan Rose. Sesaat ia sadar bahwa Rose sudah datang, bukannya membuka pintu ia malah tersenyum macam orang gila sambil menatap Rose dibalik pintu. Rose yang melihat mengernyitkan alisnya terheran.

Sekali lagi ia mengetuk pintu monil agar Jungkook tersadar. "Jung! Buka! Dingin!" sambil memberi gesture bahwa Rose kedinginan, barulah Jungkook tersadar dan membuka pintu untuk yang dijemput. Setelah Rose masuk, ia langsung memukul lengan Jungkook yang membuat sang pria merintih kesakitan. "Aww! Wae? Appo!"

"Kau yang sakit! Kenapa senyum senyum sendiri dan tak membukakan pintunya, dingin! Bodoh!"

"Hehe, aku sedang bahagia,"

"Bahagia? Karena?"

"Kau! Karena kau! Ayo berangkat! Kita mau kemana dulu?"

Namun Rose masih terdiam dan tersipu malu, wajahnya total memerah karena perkataan Jungkook barusan. "Chaeng! Kenapa jadi kau yang melamun sekarang? Kita akan kemana dulu?"

"Eo? K-kita ke supermarket aku i-ingin membeli sesuatu,"

Jungkook yang mendengarnya pun menahan tawa karena kelucuan Rose. Tanpa pikir panjang dan berlama lama menggoda Rose lagi, Jungkook segera pergi ke supermarket sesuai dengan keinginan calon istri.

"Jung ambil trolinya!" sontak Rose berkata pada Jungkook sesaat sampai di supermarket. "Ne? Kau akan membeli seberapa banyak? Kenapa memakai troli?"

"Diamlah! Bantu aku membeli bahan bahan ini! Aku akan memasak di rumah!" Kata Rose sembari menunjukan catatan belanjanya.

"Mwo?! Kau memasak di rumah kami?" Jungkook terkejut, perubahan Rose ini terlalu tiba tiba. Antara senang dan terkejut.

"I-iya, aku ingin lebih dekat dengan keluargamu Jung.." Rose berkata sambil menundukkan kepalanya, takut jika Jungkook merasa tidak nyaman dengan usahanya.

"Oke baiklah! Aku akan membantumu! Ayo cari bahannya!" Jungkook menggenggam tangan Rose dengan satu tangan lainnya menggenggam troli didepan. Rose tentunya tersipu malu dengan perlakuan Jungkook kali ini, pertama kalinya ia melihat sisi menyenangkan dari Jungkook. Berbeda sekali dengan yang ada di majalah dan dari sosial media, Jungkook lebih tampan dan menggemaskan jika dilihat dari langsung. Rose juga baru menyadari jika Jungkook itu mirip sekali kelinci ketika tersenyum. Menggemaskan.

"Ayo! Kenapa kau melamun?" Jungkook melambai lambaikan tangannya ke depan wajah Rose. Rose yang tersadar pun mengalihkan kepalanya ke rak supermarket. Ia malu sudah tertangkap basah menatap Jungkook dari tadi.

Jungkook yang menyadari Rose yang sedang salah tingkah pun hanya bisa menahan senyumnya. Terlalu menggemaskan jika sedang malu.

Sudah 1 jam lamanya ibu Jungkook dan adiknya menunggu sang kakak. Mereka heran saja, kenapa Jungkook yang tak terbiasa bangun pagi sudah bangun pagi, dan keluar rumah. Ibunya tentu saja khawatir, pasalnya ia tak meminta izin untuk keluar pada ibunya dipagi buta. Takut terjadi apa apa pikirnya. Namun kekhawatirannya hilang setelah melihat dari cctv ada sebuah mobil masuk kedalam gerbang rumahnya.

Ibu Jungkook yang awalnya marah dan ingin memarahi anaknya mengurungkan niat karena melihat ada seorang gadis yang mengikutinya dari belakang. Setelah tau siapa gadis itu, senyum ibu Jungkook langsung merekah begitu pula sang adik.

"Waa menantuku datang, ibu belum menyiapkan apa apa. Sarapan saja kita terlambat, bagaimana ini atau kita pesan sarapan saja?" Ibu Jungkook terlalu antusias sampai lupa bernafas saat bicara pada calon menantu.

"Tenang eommo-nim, aku memang menyuruh Jungkook menjemputku pagi pagi agar aku bisa memasakkan sesuatu untuk kalian hehe, bolehkah?" Rose juga tak kalah semangatnya berbicara dengan ibu Jungkook.

"Tak perlu repot repot memasak jika sudah ada yang memasak didapur nak.." ibu Jungkook mencegah Rose, khawatir mungkin jika terjadi apa apa pada menantunya. "Tapi aku sudah membawa bahannya eommonim..." Rose sedikit merasa sedih jika calon ibu mertuanya menolak.

"Eomma! Jangan membuat kekasih ku sedih, biarkan dia memasak. Eomma tak perlu khawatir aku akan membantunya!" Jungkook mencoba mempercayakan ibunya agar Rose tidak kecewa.

"Aku juga! Aku akan membatu eonni!" teriak Somi yang ikut menimbrung pembicaraan orang dewasa. "Hh baiklah, hati hati oke! Jika kalian kesusahan panggil eomma atau bibi Marry oke!"

"Ne eomma!" dua bersaudara itu dengan semangatnya menyanggupi amanah ibunya.


Makasih semua! 

Gatau deh mau di endingin kapan wkwk 

Take care of your health everyone! 

Too FastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang