Bab 14

658 97 0
                                    

Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, keduanya sama sama terdiam dan tak ada yang berniat memulai pembicaraan. Rose setengah kesal dengan Jungkook, ia berpikir bahwa ia benar benar sudah ditipu selama ini oleh orang orang yang ada didekatnya. 

"Jadi Jung jelaskan padaku apa yang terjadi barusan. Apa maksudnya dengan kita yang dijodohkan? Kau sudah tau jika itu aku? Apa kau gila? Jadi selama ini kau menemaniku untuk ini? Kau! Bicaralah!" Rose meninggikan suaranya beserta isakan tangis yang muncul disana. Jungkook masih terdiam, ia juga tak tahu jika calon istri yang dimaksud adalah Chaeyoung, ia hanya tau jika ia akan dijodohkan oleh ayahnya.

"Chaeng jangan menangis kumohon, aku juga tak tahu jika kau adalah calon istri yang dimaksud ayahku. Aku diminta oleh ayahmu sendiri untuk menemanimu selama kau sakit sedangkan orang tuamu berada di luar negeri. Aku benar benar tak tahu jika kau adalah orang yang dimaksud maafkan aku kumohon dan jangan menangis." Jungkook meraih bahu Rose dan menyandarkan kepala sang gadis di pundaknya berusaha menenangkan.

"Tapi ada apa dengan ekspresimu? Kau sama sekali tak terkejut dengan perkataan ayahmu tadi," Rose masih terisak dipundak Jungkook, masih belum percaya dengan apa yang terjadi hari ini dan kemarin kemarin.

"Jadi Jung, maksudmu ini rencana mereka? Lalu mengapa aku?" Kepala Rose masih diisi dengan pertanyaan pertanyaan yang masih belum terjawabkan. Percuma saja ia menanyakan pada Jungkook karena sepertinya Jungkook juga tidak tahu apa yang sedang terjadi hari ini dan kemarin pula. Rose mengelap ingus dan air matanya dan beranjak dari tempat duduk.

"Maaf aku pulang saja, kita bicarakan saja esok. Aku perlu menanyakan ini pada ayahku terlebih dahulu,"

Rose mencari ayahnya untuk ia ajak pulang sekarang, ia pusing. 

"Chaeng ada apa kau menangis?"

"Appa! Ayo pulang! Maaf paman bibi aku pulang."

Rose menarik lengan ayahnya dan mengajak pulang. Sesampainya dirumah, ia langsung menanyakan ayahnya perihal perjodohan tiba tiba itu. "Appa jelaskan padaku apa yang terjadi! Aku marah appa! Ada apa denganmu? Kenapa appa tak membicarakan ini terlebih dahulu dengan ku?"

"Maaf Chaeng, ini permintaan ibumu,"

"Apa maksud dari permintaan eomma? Jelaskan dengan jelas appa!?"

"Ibumu ke Turki untuk operasi ginjal, Alice yang menyarankan untuk dioperasi disana agar kau tak khawatir,"

"Mwo! Eomma sakit? Itukah yang membuat eomma setiap kali aku melihatnya sangat pucat? Sejak kapan? Kenapa hanya aku yang tidak tahu?"

Rose menangis keras didepan ayahnya. "Rosie, dengarkan ayah. Ayah juga tak ingin kau menikah dengan paksaan seperti ini. Ini adalah permintaan eomma mu, ia ingin salah satu anaknya menikah. Eomma takut jika ia tak bisa melihat salah satu dari kalian menikah. Ia takut semuanya terlambat karena penyakitnya Rosie."

"Appa, kenapa kau tak memberitahuku sama sekali? Kenapa Alice juga tak memberitahuku. Dia juga eomma ku appa... mengapa kalian tak memberitahuku. Bagaimana jika terjadi sesuatu disana dan aku tak disampingnya?" Rose bergetar, kakinya serasa lumpuh dan terjatuh begitu saja di lantai disertai tangisannya yang dirasa tak akan segera reda dalam waktu dekat.

"Rosie kumohon maafkan kami, jangan menangis. Eomma pasti akan senang jika kau mau mewujudkan permintaannya. Aku takut jika ia pergi sebelum ia benar benar bahagia." Ayah Rose berlutut menjajarkan badannya pada Rose dan menariknya kedalam pelukan.

"Jangan meminta maaf jika kau saja tak punya kendali akan kejadian ini appa, aku ingin tidur sekarang. Tinggalkan aku sendiri." Rose berkata pada ayahnya dan masih dengan tangisannya. Semarah marahnya Rose saat ini ia tidak akan berani menyalahkan ayahnya bertubi tubi. 

"Inikah takdirku? Bukankah terlalu cepat?" gumam Rose dalam hati. 

"Appa pulang. Tenangkan dirimu, esok appa akan menemuimu lagi" 

Ayahnya pergi menghilang dibalik pintu dan meninggalkan Rose yang masih terisak di lantai. 


Too FastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang