Bab 12

11 6 1
                                        

Ketika terik matahari berada persis di atas kepala, Elias berjalan menyusuri lorong dan tergoda untuk mendekati ruangan tempat dimana para perawat itu mengurung Rachael sendirian. Elias pernah berada di dalam ruangan itu sehingga ia tahu kondisinya. Tidak ada kaca jendela atau bahkan ventilasi udara. Hanya ada dinding polos yang luasnya tidak sampai tiga puluh meter. Perabotan jenis apapun tidak diizinkan masuk ke dalam ruangan. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah pasien melakukan tindakan ekstrem yang akan melukai dirinya. Hanya ada sebuah ranjang kecil dan sebuah tulisan aneh di dinding yang disebut Fritz sebagai lambang penyemangat.

Siapapun tidak akan tahan satu jam saja berada disana, tanpa udara segar dan seseorang untuk diajak berbicara kecuali pikirannya sendiri. Tapi mereka akan mengurung Rachael semalaman disana dan Elias tidak dapat berbuat apapun selain memikirkannya.

Lima belas menit berikutnya, Elias mendapati dirinya bergerak mondar mandir di depan ruangan itu selagi memikirkan cara untuk dapat masuk ke dalam. Ketika para perawat tidak lagi terlihat berkeliaran di sekitar lorong, Elias mengambil kesempatan untuk mendekati pintu dan memutar gagangnya. Namun pintunya di kunci rapat dan tidak ada cara lain untuk masuk ke dalam sana. Elias akhirnya menyerah dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruang penyimpanan barang milik pasien.

Tidak ada petugas yang berjaga di sana dan pintu ruangan juga tidak dikunci sehingga siapapun dapat masuk dengan bebas. Begitu sampai di dalam, Elias mengamati susunan rak tinggi yang digunakan sebagai laci penyimpanan barang. Para petugas disana telah menyusun laci itu sesuai abjad dan tahun begabungnya pasien sehingga lebih mudah bagi Elias untuk menemukan laci penyimpanan milik Rachael. Letaknya di sudut paling kiri, persis di baris kedua. Disana, terdapat tulisan tangan yang menyebutkan keterangan nomor pasien, tanggal masuk dan nomor kuncinya. Setelah menemukan kunci dengan nomor yang sesuai, Elias membuka laci penyimpanan itu dan menggeledah isinya.

Tumpukan barang yang tersimpan disana tidak begitu banyak. Tampaknya Rachael tidak membawa banyak hal ketika Derek mengantarnya ke rumah sakit itu. Elias menemukan sebuah sweter biru tebal, sepasang kemeja dengan corak hitam bergaris dan jins berwarna gelap. Di dalamnya juga terdapat sebuah kotak kecil berisi sepasang anting dan cincin pernikahan. Elias mengamati cincin itu sesaat. Kilau kecil muncul begitu cahaya lampu menyentuh permukaan perak itu. Cincin itu memiliki ruas lingkaran yang cukup kecil, seolah dibuat secara khusus untuk Rachael. Elias dapat membayangkan cincinnya melingkar dengan pas di jari manis Rachael, kemudian ia membayangkan Denise Simone memasangkan perhiasan kecil itu di jari Rachael. Bagaimana reaksi Rachael saat itu? Elias penasaran, tapi cepat-cepat mengubur pikirannya sebelum meletakkan kembali cincin itu ke dalam kotak.

Untuk menemukan apa yang dicarinya, Elias melongokkan wajah ke dalam laci untuk melihat lebih jauh. Satu tangannya merogoh ke dalam selagi ia mencari barang lain milik Rachael yang mungkin masih tersimpan disana. Namun tidak ada apapun selain apa yang sudah dilihatnya barusan. Tidak ada buku catatan seperti yang dikatakan Fritz di pub kemarin sore. Jadi dimana Rachael menyembunyikan buku itu? Apa yang tertulis di dalamnya?

Tiba-tiba suara langkah kaki petugas terdengar di dekat sana. Dengan terburu-buru Elias menutup laci itu dan mengembalikan kuncinya ke tempat semula. Elias mengintip melalui kaca jendela menyaksikan petugas itu berjalan melewai ruangan hingga menghilang di ujung lorong. Disaat yang bersamaan, Elias mengambil kesempatan itu untuk bergerak keluar meninggalkan ruang penyimpanan.

Sorenya, Elias kembali mengamati pintu ruangan isolasi pasien yang masih ditutup rapat. Tidak ada suara apapun yang terdengar dari dalam sana hingga Elias berpikir bahwa Beth Caroll mungkin menyuntikkan obat penenang dengan dosis berlebih yang membuat Rachael tertidur sepanjang hari. Atau bisa saja Rachael sedang berbaring disana, menatap ke arah pintu dan menunggu seseorang membukakan pintu itu untuknya.

Elias sempat terpikir untuk meminta Fritz membukakan pintu ruangan itu untuknya sebelum kedatangan Derek mencegah Elias untuk meluruskan niatnya. Laki-laki itu langsung menganggukkan kepala begitu melihatnya kemudian berjalan mendekati Elias untuk menegurnya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Elias menatap ke arah pintu yang tertutup rapat kemudian berpikir kalau sebaiknya ia berterus terang. "Memikirkan cara untuk masuk ke dalam sana. Dia pasienku sekarang, aku hanya merasa isolasi ini tidak akan membuat kondisinya membaik."

Derek tersenyum lebar, kemudian melambaikan satu tangannya ke arah pintu gerbang yang terbuka di kejauhan. "Mau mengobrol di luar? Mereka tidak mengizinkan siapapun merokok di dalam sini."

Elias hendak menolak, tapi malah mengangguk dan menjawab, "tentu."

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang