Bab 24

10 5 1
                                    

Elias melihat Rachael menempati salah satu bangku panjang di sudut taman sore itu. Ketika sejumlah petugas sibuk berkeliaran disana untuk mengawasi Olive yang hendak memanjat pagar besi, Rachael sama sekali tidak menoleh dengan penasaran. Tatapannya jatuh pada dinding bata setinggi tiga meter di kejauhan sana. Kedua tangannya terkulai di atas pangkuan, dan rambutnya yang kian memanjang, jatuh lembut di atas bahunya yang kurus.

Wanita itu perlu makan, pikir Elias. Setelah satu tahun berada disana, Rachael kehilangan belasan kilo bobot tubuhnya. Penampilannya nyaris tidak dapat dikenali sehingga Elias berpikir penyiksaan seperti apa yang bisa diberikan oleh tempat itu terhadapnya?

Di sepanjang perjalanan pulang selepas menemui Dokter Melburne, Elias masih memikirkan apa yang dikatakan sang psikiater tentang Rachael. Dokter Melburne menyampaikan bahwa satu alasan paling logis tentang kebisuan Rachael adalah asumsi bahwa wanita itu berharap untuk dilupakan. Kemudian, Elias melihatnya disana – seolah bukti itu terpampang di depan matanya. Rachael yang enggan berbicara – Rachael yang berharap untuk dilupakan.

Elias nyaris memercayainya. Ia nyaris berpikir bahwa semua usahanya untuk mendekati Rachael terasa sia-sia sampai suatu kesadaran menyentaknya. Jika apa yang dikatakan Dokter Melburne benar adanya, maka Rachael tidak mungkin meminta Elias untuk membawa Morgan padanya. Elias mungkin hanya perlu bersabar menghadapinya. Sampai ketika ia berhasil mendapatkan kepercayaan Rachael, wanita itu mungkin akan berbicara padanya.

Tiba-tiba, Elias mendapati wanita itu menolehkan wajah ke arahnya. Bahkan dari kejauhan, Elias dapat menyadari bahwa wanita itu sedang mengawasinya hingga Elias memutuskan untuk berjalan melintasi taman dan menghampirinya.

Rachael menundukkan wajah segera setelah Elias hanya beberapa langkah jauhnya. Bahkan ketika Elias sampai dan menempati bagian kosong di atas bangku panjang itu, Rachael masih enggan menengadahkan wajah untuk menatapnya.

Elias membiarkan keheningan panjang itu menyelimuti mereka. Selagi menunggu wanita itu mengucapkan sesuatu, Elias mengamati barisan pohon yang berjejer di dekat dinding, pagar besi sepanjang tiga meter dan juga rumput basah di bawah kakinya. Baru ia sadari kalau Rachael tidak menggunakan alas kaki ketika menginjak rumput itu. Ada bekas luka yang terlihat di sepanjang kakinya. Sejumlah luka sudah membiru, sisanya tampak masih baru, seolah cuaca ekstrem disana telah memanggang luka itu secara merata.

"Dimana dia?"

Pertanyaan itu disampaikan dengan suara pelan sehingga Elias harus mendekat untuk mendengarnya.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Dimana dia?" ulang Rachael, masih menatap rumput hijau di bawah kakinya. "Morgan?"

Ada jeda panjang sebelum Elias menggeser tubuhnya dan beringsut mendekat. Atmosfer ketegangan menguap di udara. Elias dapat merasakannya setiap kali Rachael merasa tidak nyaman. Hal itu akan terlihat jelas dari rahangnya yang menegras, pelipisnya yang berkedut, dan kerjapan mata yang cepat. Meskipun begitu, Rachael tidak bergerak sedikitpun di atas kursinya. Tatapannya masih terarah ke arah yang sama.

"Maaf aku belum menemukannya."

Wanita itu mengehela nafas panjang. Punggungnya ditegakkan, dan jari-jarinya kini terkepal rapat. Elias menunggu Rachael untuk mengatakan sesuatu, namun sampai satu menit berikutnya, Rachael tidak mengatakan apa-apa.

"Hei, maafkan aku. Aku akan mencoba mencarinya lagi besok. Aku janji! Kau bisa memegang kata-kataku."

"Jangan!" Rachael mengangkat wajah, kali ini benar-benar menatap Elias. Untuk kali pertama setelah sekian lama, sepasang mata biru itu akhirnya menatapnya. Bibir Rachael masih terkatup rapat, dahinya berjengit sesekali dan kelopak matanya berkedip, tapi itu hanya sebuah kedipan lemah yang tidak mengartikan apapun. Elias dapat mengetahuinya dengan jelas karena setelah menatapnya, Rachael bangkit berdiri kemudian bergerak pergi melintasi taman dan meninggalkan Elias sendirian di bangku panjang itu.

Setelah beberapa detik, Elias masih mengamati punggung wanita itu menjauh meninggalkan taman. Rachael menyusuri lantai di lorong dan menaiki tangga. Fritz berlari untuk menyusul wanita itu. Sesekali, laki-laki memutar wajah untuk menatap Elias, seolah bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Namun Elias hanya berdiri di sudut taman, memandanginya tanpa mengatakan apa-apa hingga Rachael dan Fritz benar-benar menghilang di ujung tangga.

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang