Bab 25

9 5 1
                                    

Elias duduk menempati sebuah kursi di pojok kafe malam itu. Ia menunduk menatap permukaan meja sembari melamun selagi percakapan dari sejumlah pengunjung kafe berdengung di sekitarnya. Suara berisik pintu yang digeser terbuka terdengar setiap kali para pengunjung keluar masuk kafe itu. Sementara itu, suara musik pop yang diputar dalam volume rendah terdengar melalui lubang kecil mikrofon yang menggantung di salah satu sudut dindingnya. Elias sesekali menegadah untuk memandangi jam di atas dinding kayu itu, mendapati bahwa setidaknya ia sudah duduk disana selama hampir satu jam tanpa melakukan apapun. Kopi yang sedari tadi dipesannya masih utuh di dalam cangkir putih dengan corak hitam bergaris. Seorang pelayan setidaknya sudah datang dua kali untuk menanyakan pesanan, dan dalam waktu yang sama Elias menolaknya.

Ia tidak sedang berselera untuk makan malam itu. Elias mengatakan pada dirinya bahwa ia hanya akan duduk menikmati waktunya disana, kemudian pulang sebelum pukul sepuluh. Saat itu pukul 9.45, masih ada lima belas menit tersisa sebelum Elias memutuskan untuk pulang. Namun setelah beberapa menit terlewat, kemunculan seseorang di ambang pintu telah mencegah niatnya untuk pergi.

Laki-laki yang sedang berjalan menuju kasir itu baru saja melepas topinya. Elias langsung mengenali wajahnya sebagai Derek Vaughn. Sang polisi sedang mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum tatapannya jatuh pada Elias yang masih duduk menempati kursi di pojok ruangan. Selagi menghampirinya Derek menyipitkan kedua mata seolah hendak memastikan bahwa apa yang dilihatnya benar-benar nyata sampai Elias bangkit berdiri untuk menyambutnya.

"Elias Kermitt, ingat?"

"Ah, ya!" Derek menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Elias selagi seorang pelayan mengantarkan pesanannya ke atas meja. Laki-laki itu memesan roti lapis ukuran besar dan minuman coklat panas di dalam cangkir seukuran kepalan tangan. Ketika Elias hanya mengamatinya, Derek bertanya, "kau ingin pesan sesuatu?"

Elias menunjuk pada gelas kopinya yang masih terisi penuh. "Tidak, aku tidak apa."

Sembari menyantap makanannya, Derek membuka mulut dan bertanya, "apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya kebetulan lewat sini dan menemukan tempat yang tepat. Bagaimana denganmu?"

Derek mengangkat kedua bahunya, tidak acuh ketika menjawab, "aku selalu datang kesini untuk makan siang, dan terkadang.. makan malam juga. Hanya ketika aku memutuskan untuk pulang lebih larut. Istriku tidak bisa menunggu lama untuk makan malam dan karena jam kerjaku tidak teratur, aku lebih seringnya datang kesini. Kau punya istri, Dokter Kermitt?"

Elias terdiam cukup lama, tatapannya jatuh pada permukaan meja. Hawa panas tiba-tiba mengairi sekujur tubuhnya. Tangannya berkeringat meskipun udara dingin yang menyusup masuk melalui celah jendela menusuk kulitnya. "Ya aku pernah punya istri," sahut Elias akhirnya.

"Apa maksudmu?"

"Dia meninggal lima tahun yang lalu."

Mulut Derek tiba-tiba berhenti mengunyah, tatapannya menusuk Elias dengan simpati. Di tengah dengungan percakapan yang mengelilingi mereka, laki-laki itu menyingkirkan piring makanannya ke samping, minum dari cangkirnya untuk sesaat kemudian melipat kedua tangan selagi meletakkan seluruh perhatiannya pada Elias.

"Maafkan aku, bagaimana itu terjadi?"

Ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Elias dapat merasakan atmosfer di sekitarnya terisap oleh pusaran lubang kecil di atas dinding. Ketika menatapnya, lubang itu kian membesar, mengisap semua udara di dalam sana hingga tiba-tiba oksigen terasa menipis, jari-jari kakinya menekuk dengan kaku. Sembari berdeham, Elias mengalihkan tatapannya, kali ini pada cairan coklat di dalam gelas Derek.

"Kecelakaan lalu lintas, aku yang mengendarai mobil saat itu, ada mobil lain dari arah berlawanan, terlalu cepat, aku berusaha menghindarinya, dan.. mobil kami menabrak pembatas jalan, tergelincir sampai menabrak batang pohon besar. Kejadiannya begitu cepat."

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang