Bab 46

4 5 1
                                    

Dokter Sebastian adalah laki-laki jangkung yang memiliki sepasang alis tebal dan rambut hitam beruban. Laki-laki itu menggunakan kaca mata dengan lensa tebal untuk membaca catatan yang ditulisnya sekitar empat tahun yang lalu. Kemudian, dahinya akan membentuk sebuah kerutan yang dalam begitu laki-laki itu mulai membuat kesimpulan.

"Cukup buruk," ucapnya ketika Elias hanya duduk di seberang meja dan menunggunya mengatakan sesuatu. "Wanita itu, punya riwayat sebagai pecandu alkohol. Mungkin diusia remajanya. Darahnya juga tidak bersih. Besar kemungkinan dia pernah menggunakan narkoba, atau.. jenis obat-obatan penenang."

"Bagaimana dengan Denise?" tanya Elias. "Apa dia menggunakannya juga?"

"Aku tidak yakin, kami tidak mengambil sampel darahnya saat itu. Hanya Rachael."

Sembari melambaikan satu tangannya ke arah map berisi catatan yang terbuka di atas meja, Elias bertanya, "apa Denise diberitahu tentang hal itu?"

"Dia orang pertama yang tahu," Dokter Sebastian menutup map, kemudian melepas kaca mata dan meletakkannya di atas meja. "Aku yang memberitahunya sendiri."

"Bagaimana reaksinya saat itu?"

"Aku tidak begitu ingat, tapi dia tampak tidak terkejut."

Elias berusaha membayangkan reaksi Denise kala itu. Kabar itu bukan hanya baru untuknya, tapi juga mengejutkan. Elias tidak tahu kalau Rachael pernah menjadi pecandu alkohol dan pengguna obat-obatan. Pastinya wanita itu sudah bersih setelah bertahun-tahun. Tapi apa yang terjadi saat itu? Kenapa Rachael memutuskan untuk menggunakan obat-obatan dan kenapa juga Rachael memilih untuk membahayakan kandungannya dengan semua itu?

Elias masih memikirkan pertanyaan yang sama bahkan hingga pertemuannya dengan Rachael berakhir dengan kacau. Selama belasan menit ia hanya duduk di atas kursinya dan memandangi layar laptop yang masih menyala. Diam-diam Elias masih memikirkan senjata yang disembunyikannya di dalam tas-nya. Senjata itu masih sama seperti saat ia mengambilnya dari gudang. Rachael menjadi kesal saat mengetahui Elias mengambilnya yang mana itu hanya berarti wanita itu sudah tahu keberadaan senjata itu jauh sebelum Elias menemukannya. Bahkan mungkin saja Rachael yang meletakkannya disana.

Pemikiran itu membuat Elias hanyut dalam lamunan panjang hingga suara ketukan dan pintu yang digeser terbuka membuyarkannya. Wajah Fritz muncul di ambang pintu. Ekspresinya mengatakan kalau sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Amos memintamu ke ruangannya sekarang!"

"Semuanya baik-baik saja?" tanya Elias begitu berjalan melintasi ruangan.

Fritz menggeleng, tampak tidak sampai hati untuk mengucapkannya secara langsung. "Kau dalam masalah."

Elias membiarkan rasa penasaran membimbing langkahnya sampai di depan pintu ruangan Amos. Pintu itu sudah terbuka lebar ketika ia datang. Kali pertama ia menyembulkan kepalanya di ambang pintu, ia menyaksikan Amos dan Theodore sedang berdiri membelakangi meja. Perkacapan mereka segera terhenti begitu Elias mengetuk pintu.

"Kau memanggilku?"

"Ah ya, Dokter Kermitt! Kemarilah!"

Elias bergerak masuk sementara Fritz menunggu di luar dan menarik pintu hingga tertutup rapat. Begitu sampai di tengah ruangan, Elias melipat kedua tangannya di depan tubuh, menunggu hingga Amos menyampaikan maksudnya.

"Kau tahu kenapa aku memanggilmu?"

Elias bertukar pandang dengan Theodore. Sang petugas menatapnya dengan tidak acuh kemudian mengangkat kedua alisnya seolah hendak menegaskan pada Elias bahwa satu-satunya orang yang akan berbicara dengannya di ruangan itu hanyalah Amos.

"Aku tidak tahu," jawab Elias akhirnya.

"Ini tentang Olive."

Elias menunggu, tapi kemudian sadar kalau Amos sedang menunggunya mengatakan sesuatu.

"Dan..?"

Ketika berbalik, Amos meraih sisa putung rokok dari atas meja kemudian menunjukkannya di depan wajah Elias sembari berkata, "Kau tahu rokok dilarang dalam lingkungan ini, bukan? Kau tahu alasannya?"

Tidak ada jawaban.

".. karena ini berbahaya, terutama untuk pasien. Dan asapnya – itu bisa meracuni siapa saja. Jadi benda ini tidak diizinkan – tidak disini. Terutama ketika aku sebagai penanggungjawab tempat ini memiliki kewajiban untuk memastikan setiap pasien yang ada disini menghirup udara segar."

Amos melempar putung rokok itu ke dalam bak sampah kemudian berjalan mendekati jendela. "Namun yang mengejutkan adalah, Petugas Theodore menemukan Olive keluar dari halaman belakang sembari membawa benda itu. Kau tahu Olive, bukan? Kau sudah berada disini selama hampir satu bulan dan kau tahu bagaimana dia bereaksi atas sesuatu. Itu bukanlah apa yang kita inginkan: membiarkan pasien seperti Olive membawa sisa putung rokok ke dalam bangsal, dan yang mengecewakan adalah putung rokok itu milikmu."

Elias hendak membantah dengan mengatakan bahwa ia tidak menyentuh sedikitpun dari sisa putung rokok itu, namun hal itu hanya akan memunculkan pertanyaan lain dari Amos tentang siapa yang bertanggungjawab, sedangkan menyeret Rachael ke dalam masalah adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya. Alih-alih mengatakan yang sebenarnya, Elias menyerah dengan berkata, "itu salahku."

"Aku tidak masalah jika kau menggunakannya dimanapun, tapi tidak disini – tidak di lingkungan ini."

"Aku mengerti. Maaf."

"Mari kita akhiri saja ini, oke? Hanya saja jangan mengulanginya lagi."

"Tidak akan."

Laki-laki itu menghela nafas kemudian berjalan melintasi ruangan dan kembali ke belakang mejanya.

"Akhirnya ini berakhir.. Kau diizinkan kembali ke ruanganmu, Dokter Kermitt, aku perlu berbicara dengan Theodore."

Setelah mengangguk, Elias bergerak cepat meninggalkan ruangan. Di lorong Fritz telah menunggunya. Laki-laki itu berjalan mengimbangi langkah Elias selagi berbisik.

"Kau tidak merokok.."

"Sshhh!!" potong Elias. "Jangan beritahu siapapun!"

"Tapi kenapa?"

"Nanti. Shift-mu sudah berakhir, kan?"

"Ya."

"Bagaimana kalau pergi ke pub?"

"Malam ini?"

"Ya. Mau ikut?"

"Baiklah."

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang