Bab 64

6 6 1
                                        

Catatan harian Rachael Simone

(Ditulis pada sore hari sebelum pembunuhan)

Seseorang mengikutiku!

Aku punya firasat itu sejak beberapa hari yang lalu. Sudah hampir satu tahun sejak kecelakaan itu terjadi, dan aku masih mengingatnya sampai sekarang. Terkadang, aku bisa menghabiskan sebagian hari duduk di ruanganku dan menyaksikan saluran televisi memutar sejumlah berita tentang kekerasan dan kecelakaan maut. Aku tidak dapat membohongi diriku kalau aku masih berharap seseorang meliput kejadian itu di televisi. Tapi ini adalah kota kecil, jauh dari sorotan publik dan sangat sulit untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang-orang itu. Apakah ia tewas? Ataukah ia selamat?

Denise tampaknya tidak merasakan hal yang sama. Aku bahkan ragu kalau dia masih mengingat kejadian itu, atau setidaknya merasa bertanggungjawab atas kejadian itu. Dia bersikeras bahwa kami tidak bersalah, tapi aku tidak bisa berpura-pura. Aku merasa bersalah setiap kali aku mengingatnya, dan tidak ada satu malampun terlewatkan tanpa memikirkan kemungkinan yang akan terjadi seandainya aku turun dari mobil untuk memastikan orang itu selamat.

Itu sudah berlalu, dan rasa bersalah itu menggerogotiku sampai sengalanya tidak lagi terasa sama.

Setiap hari sejak malam itu, aku terbangun dengan satu kesadaran yang memukulku telak bahwa aku tidak melihat Denise sebagai orang yang sama lagi. Dia berubah. Denise yang kukenal tidak akan mengabaikan seseorang yang butuh pertolongan setelah mobilnya menabrak pohon dengan keras. Denise yang kukenal tidak akan menyembunyikan sesuatu dariku.

Aku menatapnya pagi itu, berbaring di atas kasur dan masih mengenakan pakaian yang sama seperti semalam. Aroma parfum yang familier menguar dari pakaiannya, tapi aku tahu aroma itu bukan miliknya. Aku tahu sebuah tempat yang tercium seperti aroma di pakaiannya: sebuah motel di pinggir kota. Denise pernah mengajakku ke tempat itu sekali, tidak cukup sulit untuk menebaknya.

Aku memutuskan untuk pergi kesana hari itu. Aku mengenal pemilik motel itu. Dia adalah pasienku, jadi tidak sulit untuk mendapatkan informasi tentang siapa yang datang bersama Denise semalam. Dia adalah wanita berambut hitam yang kukenal. Rasanya tidak mengejutkan untuk mengetahui kalau wanita itu adalah Cathy. Aku memutuskan untuk pulang segera setelah mengetahuinya. Malam ketika aku dan Denise duduk di meja makan, aku nyaris tidak mengatakan apa-apa. Dia mencoba bersikap normal. Dia selalu pandai dalam berpura-pura.

Aku lupa - dia itu kan aktor.

Seminggu kemudian Cathy mengirimiku pesan. Dia menyatakan niatnya untuk bertemu denganku. Dia mungkin berpikir segalanya akan membaik jika kami saling berbicara, tapi aku sudah belajar untuk tidak memercayai siapapun, bahkan termasuk Denise. Selama berminggu-minggu aku berusaha mengabaikan hal itu. Aku tidak ingin menunjukkan pada Densie bagaimana laki-laki itu menyakitiku. Aku tidak harus melakukannya, aku hanya perlu merasakannya. Dan dari hari ke hari, perasaan itu menjadi semakin nyata. Kupikir luka itu sudah membusuk sampai aku tidak lagi merasakannya. Tapi tidak. Aku terbangun pagi itu dengan kesadaran bahwa aku sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Semuanya lenyap.

Selama berhari-hari aku berusaha membiasakan diri dengan perasaan itu. Bagaimanapun sulit untuk menerima fakta bahwa aku akhirnya berhasil melupakan segalanya – bahwa aku tidak lagi mencintai Denise. Namun ada satu bagian dari diriku yang tidak akan pernah tenang berada dalam situasi itu. Aku mulai berpikir untuk mengajukan perpisahan. Aku ingin melihat bagaimana Denise akan bereaksi terhadap hal itu? Tapi aku tidak ingin terburu-buru. Segalanya harus dipikirkan secara matang. Aku memiliki Morgan sekarang dan bayi itu adalah satu-satunya hal yang harus kuprioritaskan sekarang.

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang